Liputan6.com, Jakarta - Saat ini ada 2 kandidat calon presiden yang bisa dipastikan sudah punya 'tiket' untuk Pilpres 2014, yaitu Joko Widodo (Jokowi) yang berasal dari PDIP dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra. Lembaga riset PoliticaWave merilis hasil survei dari 'perang' di media sosial antara pendukung 2 capres tersebut.
"Terjadi 220.699 percakapan tentang Jokowi, sementara jumlah percakapan tentang Prabowo 26.890. Ada 43.203 netizen yang melakukan percakapan tentang Jokowi dan 10.028 netizen yang melakukan percakapan tentang Prabowo," ujar pendiri PoliticaWave Yose Rizal kepada Liputan6.com, di Jakarta, Senin (19/5/2014).
Itu berarti, selain memiliki jumlah percakapan yang lebih banyak, topik tentang Jokowi juga menjangkau lebih banyak netizen dibandingkan topik tentang Prabowo.
"Percakapan tentang Jokowi berpotensi menjangkau 103.320.035 netizen, sementara percakapan tentang Prabowo berpotensi menjangkau 39.766.714 netizen," imbuh Yose.
Riset tersebut diambil dari percakapan di beberapa media sosial seperti Twitter, Facebook, forum, blog dan Youtube serta komentar di berita online yang dipenuhi oleh dukungan dan kecaman terhadap setiap capres. Riset dilakukan pada periode 5-11 Mei 2014.
Dari hasil monitoring dan analisa PoliticaWave, Yose menerangkan ada perbedaan dalam mengoptimalkan kampanye media sosial. Kampanye media sosial Prabowo bertumpu pada akun-akun yang terafiliasi langsung dengan Gerindra.
Akun-akun itu antara lain @Gerindra, @FansGerindra, @Gerindradpddki, @Gerindra_Sulsel, @GarudaPrabowo, @Vote_Prabowo, @FCPrabowoSulsel, @Info_Prabowo, @InfoGerindra, @Fadlizon, @Habiburokhman dan @Zarryhendrik.
Sementara Jokowi tidak terlalu terlihat didukung oleh akun-akun yang berafiliasi langsung dengan PDIP, tetapi lebih didukung oleh akun-akun yang berasal dari basis relawan.
Beberapa akun pendukung Jokowi itu adalah @Jokowi4Me, @PDI_Perjuangan, @InfoJKW4P, @Jokowi_Ina, @Bara_Jokowi, @Relawan_Jokowi, @JKW4P, @Jasmev2014, @IwanPiliang dan @KartikaDjoemadi.
Yose mengatakan, ada kelebihan dan kekurangan dari kedua cara komunikasi media sosial di atas. Kampanye media sosial Prabowo karena bertumpu pada akun-akun yang berafiliasi dengan Gerindra memiliki sistem komunikasi yang lebih rapi.
"Ada keseragaman dalam menjelaskan dan menjawab berbagai isu yang berkembang, terlihat mereka telah memiliki FAQ (frequently asked question) yang disepakati bersama," paparnya.
Ia juga menambahkan akun-akun yang pro-Prabowo cenderung tidak emosional dalam merespons berbagai serangan yang terjadi.
"Kekurangannya adalah karena akun-akun ini berasal dari social network yang sama, memiliki keterbatasan dalam menjangkau akun netizen secara luas. Jumlah percakapan dan jangkauan percakapan tentang Prabowo menjadi terbatas," jelasnya.
Sebaliknya, kampanye media sosial Jokowi karena bertumpu pada jaringan relawan, terlihat kurang seragam dan banyak spontanitas. Ada berbagai jenis respons yang berbeda terhadap berbagai isu.
"Tidak semua gugus relawan memiliki pemahaman konten dan isu yang sama. Letupan emosi pun sering terlihat dalam merespons berbagai serangan yang terjadi. Kelebihannya karena komunikasi terjadi dalam banyak gugus relawan, jumlah dan jangkauan percakapan tentang Jokowi menjadi sangat luas," pungkas Yose. (Yus)
Advertisement