Liputan6.com, New York Peristiwa tragis 9/11 meninggalkan luka mendalam bagi para keluarga yang ditinggalkan. Waktu telah berlalu belasan tahun lamanya, namun hal-hal yang terkait dengan kawasan yang dipandang sebagian orang sebagai makam para korban masih memicu perdebatan. Berikut ini disampaikan perdebatan yang dilansir dari aol.com, 18 Mei 2014.
Museum Peringatan 9/11 sedianya akan dibuka dalam pekan ini. Museum ini berkedudukan di ground zero dan menjanjikan “kisah-kisah mendalam tentang kehilangan, welas asih, bangkit dari keterpurukan, dan pemulihan.” Tapi ada orang-orang yang marah dan mempertanyakan bagaimana suatu toko cinderamata bisa-bisanya dijadikan bagian dari gagasan tersebut.
Advertisement
Dari Fox News disebutkan, “Tempat ini dibuka untuk mengisahkan suatu cerita tentang salah satu dari yang paling kelam dalam sejarah bangsa kita…keluarga-keluarga yang kehilangan dalam peristiwa 11 September itu geram dengan adanya toko di museum itu…suatu keluarga menyebutnya sebagai tidak peka dan memuakkan.”
Dalam keterangan National September 11 Memorial & Museum tertera bahwa toko itu menjual sejumlah barang, termasuk mug, gantungan kunci, kaos, topi, pembatas buku dan lain-lain.
Seorang ibu yang kehilangan puteranya dalam serangan 9/11 bercakap-cakap dengan New York Post dan mengatakan, “Tempat ini sesungguhnya merupakan makam tak dikenal. Penjualan pernak-pernik yang mengada-ada…saya kira itu sekedar usaha cari uang untuk membayarkan gaji yang berlebihan, dan mereka bermaksud melakukannya di atas jenazah putera saya.”
Dalam suatu artikel yang ditulis New York Times, beberapa warga New York menyatakan adanya ganjalan terkait museum itu. Sepertinya keluhan paling utama adalah perasaan bahwa museum itu tidak dimaksudkan bagi warga New York. Seorang pria yang kehilangan saudara lelakinya berujar, “Museum ini dibangun untuk mereka yang tidak benar-benar mengetahui tentang 9/11…tidak seorangpun mengalami apa yang kami pernah alami yang memerlukan suatu museum untuk menceritakan kepada kami tentang apa yang telah hilang dari kami. Kami sudah mengetahuinya dalam hati kami.”
Terambil dari NY1, “Saya ada masalah dengan ini, yakni bahwa saya akan menyaksikan orang-orang pergi ke sana seperti wisatawan dan tertawa dan bercanda melalui telepon genggam mereka. Ada yang melakukan selfie di depan sesuatu yang sungguh tidak dapat dijelaskan dalam kata-kata.”
Namun tidak semua orang memiliki masalah dengan toko cinderamata itu, terutama karena museum itu sepenuhnya berbiaya mandiri melalui biaya masuk dan hasil penjualan. CNN berbincang dengan presiden dan CEO museum itu.
“Yang terpenting adalah apakah kisah-kisah yang diceritakannya…membantu memenuhi janji kita untuk tidak melupakan…kita harus membayar harganya, kita harus meyakinkan bahwa museum itu tersedia selamanya bagi siapapun.”
Namun bukan toko cinderamata itu saja yang mengundang perdebatan.
Menurut Veterans Today, masih ada potongan-potongan jasad tak dikenal dari lebih 1000 orang terkubur dalam reruntuhan dari tahun 2001. Potongan-potongan itu telah dipindahkan ke suatu tempat peristirahatan.
Seperti dikutip dari WIVB, “Ada suatu tempat penampungan sedalam 20 meter di bawah Museum Peringatan 9/11, yakni suatu tempat yang oleh dokter penyidik dinyatakan terlarang untuk umum.”
Situs web museum itu mengatakan bahwa ruang penampung itu memungkinkan para dokter penyidik untuk meneruskan penentuan jatidiri para korban. Selain itu, keluarga para korban akan dipersilahkan di kawasan viewing dan tidak akan pernah dikenakan biaya masuk.
Dikutip dari The Telegraph, mantan walikota New York, Michael Bloomberg, menyatakan demikian pada saat pembukaan, “Ada sekitar 3000 keluarga yang menganggap ini sebagai gagasan yang baik dan ada beberapa puluh yang tidak beranggapan demikian. Apapun yang kita lakukan, tidak semua orang akan setuju.”
Museum Peringatan 9/11 ini akan dibuka kepada umum pada tanggal 21 Mei 2014.