Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan besar kecilnya penerimaan cukai tergantung pada produksi dan penjualan rokok. Hal ini menepis anggapan bahwa target penerimaan cukai bakal merosot lantaran penutupan dua pabrik rokok milik PT HM Sampoerna Tbk di Jember dan Lumajang, Jawa Timur.
"Penerimaan cukai bukan karena tutup pabriknya, tapi karena yang merokok tidak ada. Jadi saya nggak bisa memberikan jawaban juga," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Agung Kuswandono di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (20/5/2014).
Saat dimintai tanggapan soal adanya penurunan pangsa pasar Sigaret Kretek Tangan (SKT) emiten berkode HMSP sekitar 20%, Agung enggan berkomentar. Pasalnya dia menilai itu adalah persoalan bisnis perusahaan.
"Itu kan yang ngomong dia (HM Sampoerna). Memang ada penurunan cukai sedikit tapi penutupan ini belum tercover ke penurunan tersebut. Mungkin kita tunggu 1-2 bulan, apakah berpengaruh atau tidak," jelasnya.
Agung mengaku, tren penerimaan cukai terus mengalami kenaikan. Sekitar 95% penerimaan cukai berasal dari rokok. Dia menyebut, pemerintah menargetkan pertumbuhan penerimaan cukai sekitar 8%-16% setiap tahun. Dan tahun ini dipatok mengalami kenaikan cukup tinggi.
Agung menggambarkan kebiasaan para perokok yang setia dengan satu produk rokok saja. Namun tren itu dapat bergeser apabila harga rokok sudah terlampau tinggi.
"Saya nggak bisa bilang pangsa pasarnya hilang karena rokok itu istilahnya in-elastis. Kalau sudah merokok merek satu, jarang sekali pindah ke merek lain, tapi nanti ada batas jika harganya sudah terlalu tinggi, maka dia akan mencari produk yang mirip dengan harga yang lebih rendah. Jadi pangsanya nggak hilang walaupun ada pengaruh sedikit," tutur dia.
Saat ini, dia mengatakan, konsumsi rokok pada pemilihan umum (pemilu) 2014 tidak setinggi asumsi Ditjen Bea dan Cukai. Dulu, lanjutnya, rokok sering dibagi-bagikan ke masyarakat pada musim kampanye.
"Sekarang mungkin rokok sudah bukan tren lagi untuk dibagi bagikan, kalau pun dibagikan ke masyarakat dengan merek tertentu. Sekarang sudah tidak ada, jadi (konsumsi) rokok normal-normal saja," tandas Agung. (Fik/Ahm)
Pemerintah Optimistis Penerimaan Cukai Bakal Tinggi
"Penerimaan cukai bukan karena tutup pabriknya, tapi karena yang merokok tidak ada,"ujar Dirjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Agung K.
diperbarui 20 Mei 2014, 12:30 WIBIlustrasi Rokok 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Wapres Gibran Rakabuming Jenguk Bayi Bernama Gibran yang Lahir di Pos Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi
Kemenhub Tak Bisa Pastikan Kapan Harga Tiket Pesawat Bisa Turun
200 Nama Bayi Perempuan Islam dalam Al-Qur’an dan Artinya, Bisa Jadi Referensi
Prabowo Tegaskan APEC Harus Jadi Jembatan Ketahanan, Inovasi, dan Inklusi
Penembakan Misterius Pesawat Southwest Airlines di AS, Siapa Dalangnya?
Momen Akrab Prabowo dengan Joe Biden hingga Xi Jinping Saat Gala Dinner KTT APEC di Peru
Tren Waralaba Makanan dan Minuman Kian Menggeliat, Ini Buktinya
Tersangka Pembunuh Adik Kandung dan Keponakannya di Surabaya Terancam Hukuman Mati
Dampingi Cawagub Emil, Wahono-Nurul Senam Gaspol Bersama Ribuan Masyarakat Bojonegoro
4 Zodiak yang Ambisinya Didorong oleh Kesuksesan Karier Orang Tua
Cek Fakta: Tidak Benar Link Pencairan KIS BPJS Kesehatan Rp 600 Ribu - Rp 1,2 Juta
Fakta Unik Karedok, Kuliner Sunda Berbahan Dasar Sayuran