Aksi Jual Landa Bursa Saham, IHSG Jatuh 102 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 102 poin ke level 4.912 pada pukul 11.24 WIB, menjelang penutupan sesi pertama perdagangan saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Mei 2014, 11:26 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan berat pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Aksi jual baik investor asing dan domestik telah mendorong IHSG lengser dari level 5.000.

Pada Selasa (20/5/2014), IHSG sempat turun 100 poin ke level 4.909 pada pukul 10.58 WIB. IHSG terus melemah ke level 4.913 atau turun 101 poin (2%). Indeks saham LQ45 melemah 2,51% ke level 835,83.

Penurunan indeks saham ini didorong dari 216 saham melemah sehingga menekan indeks saham. Sementara itu, 62 saham menguat dan 67 ssaham diam di tempat. Secara sektoral, 10 sektor saham kompak melemah tajam. Sektor saham infrastruktur turun 2,65%, sektor saham keuangan tergelincir 2,8%, dan sektor saham agriculture melemah 2,66%.

Berdasarkan data RTI, baik investor asing dan lokal kompak melakukan aksi jual. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 1,6 triliun. Sementara itu, aksi jual domestik sekitar Rp 2,2 triliun.

Saham-saham berkapitalisasi besar pun mencatatkan penurunan tajam. Saham-saham itu antara lain saham GGRM melemah 3,51% ke level Rp 55.000, saham AALI tergelincir 3,35% ke level Rp 28.150 per saham, saham BBRI jatuh 4,1% ke level Rp 10.525 per saham, saham SMRA turun 8,75% ke level Rp 6.000 per saham.

"Penurunan IHSG dipicu aksi jual karena euforianya mulai berkurang," ujar Analis PT Trust Securities, Reza Priyambada saat dihubungi Liputan6.com.

Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, meski IHSG mengalami tekanan tetapi masih normal. Hal itu karena pelaku pasar mencoba mengambil posisi aman dengan merealisasikan keuntungan setelah sentimen politik mereda.

Memang ia mengakui, ada juga kekhawatiran pasar terhadap calon presiden Prabowo dan calon wakil presiden Hatta Rajasa. Apalagi pasangan ini didukung lebih banyak partai politik. "Ini tidak salah, tetapi jadi membuat pelaku pasar wait and see," kata Satrio.

Satrio pun merekomendasikan buy on weakness sejumlah sektor saham seperti sektor saham perbankan, konstruksi dan komoditas. (Ahm/)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya