Liputan6.com, Jakarta Raja Dangdut Rhoma Irama menjatuhkan dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Banyak yang menilai, dukungan ini merupakan bentuk sakit hati Rhoma lantaran dicampakan Partai Kebangkitan Bangsa --yang kini mendukung Jokowi-JK.
Rhoma mengatakan, sedikitnya ada 2 faktor yang menyebabkan dirinya berpaling kepada Prabowo. Pertama, dirinya menilai orientasi politik PKB dengan dirinya sudah berbeda.
"Aviliasi dan orientasi kita beda, sudah keluar dari komitmen. Dulu sama, sekarang beda. Sekarang Pak Jokowi," ungkap Rhoma di kediamannya, Jakarta, Selasa (20/5/2014).
Meski menyebutkan sudah tidak lagi sejalan dengan PKB karena mendukung Jokowi, Rhoma enggan menyebutkan sosok siapa yang awalnya disepakati.
Faktor kedua, lanjut Rhoma, sikap PKB yang tidak menganggap adanya Rhoma effect dalam Pileg 9 April lalu. Padahal, menurut beberapa pengamat, pengaruh Rhoma sangat besar dalam mendongkrak suara PKB.
"Tokoh tokoh PKB ada yang secara jelas menafikan Rhoma effect. Sementara mereka para kaia, habaib, fans, sudah berjuang tanpa imbalan apa pun, sampai akhirnya dapat suara," lanjut si Raja Dangdut itu.
Rhoma mengakui, tidak hanya faktor dirinya yang menyebabkan suara PKB melonjak. Tapi, rasa dicampakan sangat tampak dari PKB.
"Mereka dengan jelas nggak ada Rhoma Effect, itu NU effect, Muhaimin Effect, dan sebagainya. Setiap kontribusi pasti ada yang dominan. Dan saya yakin, Rhoma effect memiliki kontibusi terbesar," klaim Rhoma.
Karena usaha mensosialisasikan selama 1,5 tahun, PKB dapat mendulang suara di berbagai daerah yang sebelumnya tidak memiliki cukup suara.
"SDA klaim dari masyarakat bagaimana Rhoma all out setahun lebih mensosialisasikan PKB. Hasilnya, Aceh PKB zero jadi tumbuh di mana-mana tumbuh. Ini yang diklaim Rhoma effect ini yang dinafikan," pungkas Rhoma.
Pada Pileg 9 April 2014 lalu, PKB berhasil mendulang 11.298.957 suara atau 9,04%. Sementara suara tertinggi diraih PDIP dengan perolehan PDIP 23.681.471 suara atau 18,95%, diikuti Partai Gerindra 14.760.371 suara atau 11,81% dan Golkar 18.432.312 suara atau 14,75%.
Hasil itu meningkat pesat bila dibandingkan dengan Pemilu 2009, di mana PKB hanya meraih 5,146 juta suara. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan Pemilu 2004, perolehan suara PKB pada Pemilu 2014 masih sedikit lebih rendah. Pada Pemilu 2004, PKB meraih 11,989 juta suara.
Sebelum Pileg, Rhoma digadang-gadang sebagai bakal capres PKB. Namun usai Pileg berlangsung, PKB batal mencalonkan Rhoma dan menyatakan dukungannya kepada capres PDIP Jokowi. Rhoma memilih mundur karena kecewa.
Energi & Tambang