Mantan Ketum PBNU Hasyim Muzadi Dukung Jokowi-JK

Keputusan Hasyim itu tidak semata-mata fanatisme ke-NU-an, tapi karena realitas masyarakat Muslim di Indonesia.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 21 Mei 2014, 14:21 WIB
Jokowi tampak berdialog dengan mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi di Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (2/4/2014) (Liputan6.com/Herman Zakharia).

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menyatakan mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) pada Pemilu Presiden 2014. Pasangan Jokowi-JK dianggapnya mewakili warga Nahdliyin.

"Tempo hari saya menyatakan sebelum selesainya pasangan capres-cawapres bahwa saya akan memilih capres-cawapres manapun yang ada tokoh NU-nya. Ternyata sekarang yang ada adalah pasangan Jokowi-JK. Maka saya harus konsekuen terhadap apa yang saya katakan, yakni saya memilih Jokowi-JK," katanya di Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Menurut dia, keputusannya itu tidak semata-mata fanatisme ke-NU-an, tapi karena realitas masyarakat Muslim di Indonesia kebanyakan warga NU, dan NU telah membuktikan sikap kebangsaan sepanjang sejarah Indonesia.

"Siapapun tidak bisa meragukan keislaman JK, ke-NU-annya, serta integritas, visioner, dan kompetensinya dalam masalah kenegaraan. Hasil-hasil amalnya sudah jelas dalam mengatasi konflik agama, masalah Aceh dan sebagainya. Beliau berani dan tidak ekstrem," beber Hasyim.

Ia berharap JK sebagai seorang ekonom bisa mengembangkan ekonomi pribumi tanpa membuat kegoncangan global, seperti yang dilakukan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.

"Semoga yang sependapat dengan saya melakukan pilihan yang sama, yakni Jokowi-JK," ujar Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu.

Hasyim menambahkan, sebenarnya ada nama Mahfud MD yang bisa juga menduduki posisi cawapres, dan sempat masuk dalam kandidat cawapres Jokowi.

"Tapi wakil Jokowi tidak mungkin ada dua. Maka harus realistis," ucap pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam Malang dan Depok itu.

Selain Hasyim menyarankan agar Mahfud MD seharusnya menjadi konsultan capres-cawapres yang ada. Sebab ia merupakan tokoh yang pernah menjadi anggota legislatif, eksekutif, dan legislatif.

Menurut Hasyim, dengan kapasitas yang dimiliki, Mahfud tidak semestinya menjadi tim sukses pasangan manapun. "Karena kerjaan tim sukses adalah operasional yang cukup dijabat anak-anak muda, dan tidak perlu orang sekaliber Pak Mahfud," tukas Hasyim. (Ant/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya