Ghost Stories, Gambaran Luka Chris Martin

Dibanding album-album Coldplay sebelumnya, Ghost Stories boleh disebut sebagai album paling sedih yang pernah dibuat.

oleh Feby Ferdian diperbarui 21 Mei 2014, 20:20 WIB
Dibanding album-album Coldplay sebelumnya, Ghost Stories boleh disebut sebagai album paling sedih yang pernah dibuat.

Liputan6.com, London, Inggris "Dua tahun lalu, aku benar-benar merasa berantakan karena tak mampu lagi menikmati hal-hal yang biasa kami lakukan, hal-hal besar di sekitarku."

Kalimat itu diucapkan Chris Martin di sebuah acara radio setelah dirinya bercerai dengan sang istri, Gwyneth Paltrow. Dengan jujur, Ia menuturkan bagaimana kebimbangan itu bisa membuatnya kehilangan orang tersayang.

Hal itu juga nampaknya yang dia coba ceritakan di album "Ghost Stories". Berisikan sembilan lagu, album keenam Coldplay yang meluncur berbarengan dengan rilis ulang album Oasis bertajuk "Definitely Maybe" itu seolah menjadi titik balik usai gemerlap "Mylo Xyloto" di 2011 silam.

Di album ini, Chris Martin (Vokal), Jonny Buckland (Gitar), Guy Berryman (Bass), dan Will Champion (Drum) seolah berusaha membuktikan kalau Coldplay masih mampu jadi candu meski tak lagi memakai rumus verse-bridge-chorus yang biasa menjadi andalan selama ini.

Sebagai gantinya, mereka bermain di berbagai lirik yang dinyanyikan dengan nada sendu. Semuanya pun didukung dengan piano yang nyaris mendominasi di sepanjang lagu.

Dibanding album-album Coldplay sebelumnya, Ghost Stories boleh disebut sebagai album paling sedih yang pernah dibuat. Namun demikian, dengan pencerahan yang ia berikan di dua lagu terakhir yaitu "A Sky Full of Stars" dan "O", Chris seolah menyadarkan para penggemar (yang mungkin bernasib sama) untuk tidak terus-terusan terbebani masa lalu.

Terakhir, lewat lirik O, Coldplay juga mengajak semuanya untuk beranjak. "So fly on, Ride through, Maybe one day I'll fly next to you," tutup album ini.(Feb/Rul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya