Liputan6.com, Washington - Pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve/The Fed sepertinya belum memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga acuan secepatnya. Hal itu dilihat dari hasil pertemuan The Fed pada akhir April 2014.
Dalam notulen Federal Open Market Committee yang dirilis Rabu (Kamis pagi), salah satu poin yang dibahas pejabat The Federal Reserve mengenai prosedur kenaikan suku bunga. Akan tetapi, dalam diskusi itu tidak memberikan sinyal tindakan untuk segera menaikkan suku bunga.
Advertisement
The Fed membahas segala cara yang tepat untuk mengendalikan suku bunga. Anggota Dewan pun sepakat untuk untuk menggunakan berbagai macam cara yang diperlukan untuk menormalkan kondisi keuangan. Hal itu mengingat pihaknya telah memindahkan triliunan dolar dari sistem keuangan.
"Para anggota sepakat bahwa mempertimbangkan opsi untuk normalisasi pada pertemuan ini adalah bijaksana. Hal itu dapat membantu commitee untuk membuat keputusan tentang pendekatan yang dapat menormalisasikan kebijakan," tulis committee, seperti dikutip dari CNBC, Kamis (22/5/2014).
Bagi investor, normalisasi berarti meredakan program pembelian obligasi bulanan, dan menaikkan suku bunga jangka pendek dari tingkat mendekati nol.
Komentar intermittent dari berbagai pejabat The Fed menunjukkan kenaikan tingkat suku bunga bisa lebih cepat dari yang diharapkan telah menguncang investor.
Rilis dari FOMC Minutes telah memberikan sentimen positif ke bursa saham Amerika Serikat (AS), kalau bank sentral tidak siap untuk memberlakukan langkah-langkah pengetatan signifikan.
Pejabat The Fed memperhatikan dampak komentar mereka terhadap pasar. Hal ini dilihat ketika Gubernur The Fed Janet Yellen mengindikasikan suku bunga acuan akan naik setelah enam bulan penyelesaian program pembelian obligasi. Komentarnya telah memicu spekulasi kalau pengetatan moneter segera terjado.
"Komunikasi The Federal Reserve mengumpulkan perhatian signifikan dari pelaku pasar selama periode tersebut tetapi tampaknya hanya memiliki efek sederhana terhadap harapan mereka untuk kebijakan moneter," seperti dikutip dari pertemuan itu.
Selain itu, anggota FOMC juga menawarkan berbagai alasan untuk menurunkan imbal hasil obligasi jangka panjang. Potensi risiko terhadap pertumbuhan ekonomi juga menjadi perhatian terutama ketika perekonomian China melambat dan kerusuhan di Ukraina.
Dalam pertemuan tersebut memang tidak ada keputusan akhir yang diambil. The Fed hanya terlibat dalam perencanaan kebijakan, dan belum siap untuk menormalkan kebijakan moneter atau menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Adapun pertemuan berikutnya akan berlangsung pada pertengahan Juni. Dalam pertemuan itu Stanley Fischer, mantan Gubernur Bank Sentral Israel yang menjadi nominasi dewan The Fed akan bergabung yang telah dikonfirmasi pada Rabu oleh senat AS. Senat belum bertindak atas nominasi terpisah untuk menjadi wakil ketua The Fed. (Ahm/)