Tak Punya Merek, Pengusaha Garmen RI Cuma Jadi Penjahit

Kemenperin akan membantu prosuden lokal agar bisa membuat merk sendiri sehingga tidak lagi hanya menjadi tukang jahit.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Mei 2014, 17:01 WIB
(Foto: Sritex)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian Republik Indonesia memandang para pengusaha garmen di Indonesia tidak bisa mendunia karena tidak mempunyai merk yang dikenal. Akibatnya, pengusaha mereka hanya mampu jadi tukang jahit saja.

Menteri Perindustrian MS Hidayat menjelaskan, di sektor garmen, Indonesia seolah hanya menjadi tukang jahit bagi produk-produk pakaian dengan merk yang telah terkenal di dunia.

Produk garmen Indonesia sudah sangat bagus. Tapi kita hanya dijadikan tukang jahit. Produk-produk itu dijahit di sini, kemudian ditempel merk terkenal dan dijual. Seperti Hugo Boss yang buatan Bandung," ujarnya pada Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2014 di Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/5/2014).

Lebih disayangkan lagi, lanjut Hidayat, produk-produk yang telah ditempel merk terkenal tersebut kemudian dibeli oleh orang Indonesia dengan harga yang mahal dan dengan bangganya memakai produk tersebut.

"Anda dengan bangga membelinya di Singapura, di Hongkong. Begitu juga dengan sepatu sport, padahal dibuat di Indonesia," lanjutnya.

Hidayat menjelaskan, salah satu hal yang menjadi kendala produk pakaian dalam negeri sulit untuk mendunia karena tidak memiliki merk sendiri.

Oleh karena itu, Kemenperin akan membantu prosuden lokal agar bisa membuat merk sendiri sehingga tidak lagi hanya menjadi tukang jahit saja.

"Kami mengajak para pengusaha yang membuat produksi nasional untuk ikut branding. Itu biayanya mahal, untuk itu pemerintah membantu tidak kita terus jadi pasarnya negara lain," tandas Hidayat. (Dny/Gdn)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya