X-Men: Days of Future Past, Upaya Mutan Memperbaiki Masa Depan

X-Men: Days of Future Past memiliki unsur drama yang kuat dengan intrik yang lebih seru dari trilogi X-Men dan X-Men: First Class.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 22 Mei 2014, 20:30 WIB
X-Men: Days of Future Past memiliki unsur drama yang kuat dengan intrik yang lebih seru dari trilogi X-Men dan X-Men: First Class.

Liputan6.com, Jakarta Lama dinanti oleh para penggemar, X-Men: Days of Future Past akhirnya sudah bisa disaksikan di bioskop tanah air maupun seluruh belahan dunia. Indonesia sendiri sudah menayangkan film tentang aksi para mutan itu sejak Rabu (21/5/2014) kemarin.

Lantas, apakah harapan para penggemar film X-Men serta komik Marvel mampu terpuaskan? Melihat alur cerita yang kompleks namun dibuat lebih rapi, dramatis, dan tidak mengambang, rasanya semua yang menonton film ini bakalan merasa puas.

Pasalnya, di sini kita bisa melihat kembali bagaimana nasib Charles Xavier alias Professor X muda di tahun 1973 setelah ia berpisah dengan kawan lamanya, Erik Lensherr alias Magneto yang ditahan di sebuah sel khusus karena dianggap melakukan kejahatan besar setelah kejadian di film X-Men: First Class.

Kali ini, Charles versi muda bertemu dengan Wolverine dari masa depan yang dikirim oleh Profesor X versi tua melalui kekuatan Kitty Pryde. Kembalinya Wolverine ke masa lalu, tak lepas dari kekacauan di masa depan akibat pemusnahan mutan dan manusia oleh robot raksasa Sentinel ciptaan Bolivar Trask.

Foto dok. Liputan6.com


Wolverine pun mendapat amanat dari Profesor X dan Magneto versi tua untuk menyatukan keduanya di masa lalu agar bisa mencegah Mystique membunuh Bolivar Trask yang berujung pada rentetan kekacauan di masa depan.

Charles yang ditemani oleh Hank McCoy alias Beast pun menemui Pietro Maximoff yang memiliki kemampuan khusus untuk membebaskan Magneto. Setelah semuanya berkumpul, konflik panjang malah melanda mereka kala menghadapi Mystique.

Foto dok. Liputan6.com


Hal itu pun membuat misi Wolverine terancam gagal. Sementara di masa depan, anggota X-Men yang tersisa pun terancam punah untuk selamanya. Terlebih lagi, hampir semuanya sudah merasakan sakitnya tewas berkali-kali.

Pada akhirnya, peran Profesor X muda sangatlah penting di dalam film ini untuk memperbaiki masa depan manusia dan mutan. Di sini, kita bisa melihat bagaimana akting memukau James McAvoy sebagai Profesor X muda, bisa mengimbangi kehebatan Patrick Stewart yang sudah berusia 73 saat memainkan kembali Profesor X versi tua.

Foto dok. Liputan6.com


Selain kemunculan sebagian besar tokoh lama di trilogi X-Men, film ini juga menghadirkan beberapa karakter baru, baik di versi masa depan maupun masa lalu. Sementara itu, para penggemar beberapa mutan di X-Men: First Class harus menelan pil pahit melalui sebuah adegan yang cukup mengenaskan.

Foto dok. Liputan6.com


Sedikit membocorkan, jika diperhatikan secara cermat dari awal hingga akhir film, `X-Men: Days of Future Past` berusaha untuk mengembalikan cita rasa komik setelah ending film `X-Men: The Last Stand` dianggap kurang memuaskan oleh fans.

`X-Men: Days of Future Past` yang bertindak sebagai sekuel `X-Men: First Class` sekaligus `X-Men: The Last Stand`, juga turut melanjutkan ending tambahan dari film yang tidak memuaskan, The Wolverine.

Walaupun porsi laga di film ini tidak terlalu banyak, namun suguhan drama, intrik, serta ketegangan yang disajikan mampu membuat penonton untuk tidak melepaskan pandangannya dari layar. Terlebih lagi, beberapa adegan humor sanggup membuat seisi bioskop terbahak-bahak.

Singkat kata, `X-Men: Days of Future Past` bisa menjadi obat bagi para penggemar komik Marvel yang merasa kecewa dengan akhir kisah trilogi X-Men sekaligus pemicu bagi yang merasa antusias dengan lanjutan kisah `X-Men: First Class`.

Sebelum Anda beranjak dari bioskop, tunggulah hingga credit title berakhir. Maka Anda akan menemukan pengantar bagi sekuelnya yang akan hadir pada 2016 mendatang, X-Men: Apocalypse. (Rul/Ade)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya