Harimau Teror Desa Sekalak, Warga Tak Berani Keluar Rumah

Setiap malam dalam sepekan terakhir, si kulit belang bergigi tajam itu masuk ke permukiman warga.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 22 Mei 2014, 18:32 WIB
Tiga harimau penghuni Taman Everland, Yongin, sebelah selatan Kota Seoul, Korsel. Taman ini memiliki 32 ekor harimau, 10 di antaranya adalah harimau putih. (Antara)

Liputan6.com, Bengkulu - Harimau Sumatera kelaparan meneror warga Desa Sekalak, Kecamatan Seluma Utara, Bengkulu. Setiap malam dalam sepekan terakhir, si kulit belang bergigi tajam itu masuk ke permukiman warga. Namun warga yang takut tak berani ke luar rumah. Mereka hanya mendengar aumannya saja.

"Dari jejaknya paling tidak, panjang badan harimau tidak kurang dari 1,5 meter. Kami tidak melihat langsung, hanya mendengar suaranya saja saat malam tiba," kata seorang warga, Basirin (52) di Bengkulu, Rabu (22/5/2014).

"Khawatir jika kami keluar rumah, malah kami yang jadi mangsanya."

Rusaknya kawasan konservasi Semidang Bukit Kabu, Kabupaten Seluma, Bengkulu diduga sebagai alasan sang harimau keluar hutan. Kawasan itu rusak lantaran dibuka untuk menjadi kebun warga.

Harimau ini membobol sejumlah kandang ternak milik warga. Unggas, seperti ayam, bebek, atau angsa, kambing dan sapi dimangsa.

Camat Seluma Utara Mawatul Asia mengeluh, kehadiran harimau sudah sangat meresahkan dan mengancam jiwa warga desa. "Kami sudah melapor kepada pihak Kabupaten dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), tapi sampai hari ini belum juga ada tindakan. Warga juga tidak berani turun ke ladang khawatir ketemu harimau," ujar Mawatul.

Desa Sekalak memang berbatasan langsung dengan wilayah konservasi harimau Semidang Bukit Kabu. Tercatat dalam 2 tahun terakhir sudah ada 5 warga menjadi korban terkaman binatang buas ini. 2 Di antaranya meninggal dunia.

Tidak hanya harimau, desa ini juga sering menjadi sasaran serangan beruang yang kelaparan. Beberapa waktu lalu, warga sempat memergoki beruang yang merusak kebun ubi milik warga. Untungnya beruang itu bisa diusir secara beramai-ramai oleh warga.

"Tolong kepada pihak BKSDA untuk bisa bertindak cepat sebab kami perlu kenyamanan untuk turun bekerja ke ladang," ucap Mawatul. (Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya