Liputan6.com, Jakarta - Tak cuma produk pangan, Thailand juga memasok produk manufaktur bagi Indonesia. Sebagian besar produk tersebut berupa bahan baku maupun produk jadi.
Selama ini, Thailand memang masih menjadi pesaing berat Indonesia untuk produk manufaktur, salah satunya seperti otomotif. Jadi bukan tidak mungkin, pemberlakukan darurat militer akan mempengaruhi Indonesia, baik pasokan maupun peluang menarik investasi dari sektor manufaktur.
Advertisement
Ekonom Senior CSIS, Pande Raja Silalahi mengungkapkan memanasnya suhu politik di Thailand akan berdampak positif bagi investasi di Tanah Air.
"Positifnya investor jadi mikir-mikir mau ekspansi atau menambah modalnya di Thailand. Walaupun akan menggelar pemilu, tapi negara ini masih punya daya tarik tinggi supaya investor investasi di sini," ucap Pande saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti dikutip Jumat (23/5/2014).
Seperti diketahui, kerusuhan politik terjadi di Thailand sejak November 2013. Kaum oposisi mendesak Yingluck Shinawatra, PM saat itu, mundur karena mencoba meloloskan RUU Amnesti yang berpotensi membebaskan kakaknya, mantan PM Thaksin Shinawatra, dari jeratan kasus korupsi. Thaksin kini bersembunyi di Dubai.
Gelombang protes coba diredam Yingluck dengan mempercepat Pemilu menjadi Februari 2014. Namun oposisi tak terima dengan pemungutan suara yang dinilai terjadi banyak kecurangan. Yingluck pada akhirnya dilengserkan Mahkamah Konstitusi (MK) Thailand awal Mei ini, karena dinyatakan bersalah atas kasus penyalahgunaan kekuasaan.
Sekitar 28 orang tewas akibat gelombang protes dan bentrokan di Thailand sejak akhir 2014 hingga sekarang. Ribuan orang lainnya terluka.
Kini, Angkatan Bersenjata Thailand telah memberlakukan status darurat militer terhitung sejak kemarin (20/5) terkait krisis politik di Negeri Gajah Putih.
Lalu produk manufaktur apa saja yang masih diimpor Indonesia dari Thailand. Berikut daftar lengkapnya untuk periode Januari-Maret 2014 melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), yakni:
-Kendaraan dan bagiannya US$ 579,5 juta
- Mesin-mesin/pesawat mekanik US$ 464,62 juta
- Plastik dan barang dari plastik US$ 263,75 juta
- Gula dan kembang gula US$ 196,03 juta
- Mesin dan peralatan listrik US$ 136,61 juta
- Bahan kimia organik US$ 100,8 juta
- Karet dan barang dari karet US$ 49,4 juta
- Benda-benda dari besi dan baja US$ 39,1 juta
- Serat stafel buatan US$ 36,1 juta
- Minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian US$ 35,4 juta. (Fik/Nrm)