Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral telah mengidentifikasi 11 pengembangan sampah kota yang akan diterapkan pada beberapa wilayah di Indonesia dengan total kapasitas sebesar 200 megawatt (MW).
Dikutip dari laman Kementerian ESDM, Jumat (23/5/2014), pengembangan listrik dari bahan bakar sampah itu diperkiraan menelan investasi Rp 7,2 triliun. Saat ini beberapa dari proyek tersebut sedang dalam tahap penetapan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Koneservasi Energi (Ditjen EBTKE).
Langkah pemanfaatan limbah/sampah menjadi energi (waste to energy) bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Potensi sampah kota yang dimiliki daerah dengan penduduk padat sangat besar.
Tak hanya itu, pemanfaatan sampah tersebut juga untuk mensinergikan kepentingan pengelolaan sampah untuk kepentingan energi dan kebersihan kota, dengan membalik paradigma mengelola sampah dengan menghabiskan energi menjadi mengelola sampah untuk dijadikan energi.
Advertisement
Sebagai contoh, dalam sehari sebanyak 6.000 ton sampah kota yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya dibuang dan ditampung di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi. Saat ini, dengan teknologi landfill gas, sampah kota di TPST bantar gebang telah berhasil dikonversi menjadi pembangkit listrik dengan kapasitas 12,5 MW.
Untuk mendorong pengembangan waste to energy, pemerintah telah menetapkan harga jual listrik (feed-in-tariff) untuk tenaga listrik berbasis sampah kota Melalui Peraturan Menteri ESDM nomor 19 tahun 2013. (Pew/Ndw)
Baca Juga