Liputan6.com, Bangkok - Militer Thailand telah mengambil kekuasaan atas pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. Kudeta militer ini berdampak terhadap mata uang Baht dan bursa saham Thailand.
Namun, pelemahan mata uang baht dan indeks saham Thailand tidak terlalu turun tajam. Mata uang baht terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turun 1,06% secara year to date dari 32.815 per dolar Amerika Serikat menjadi 32.464 per dolar Amerika Serikat pada 22 Mei 2014.
Advertisement
Sementara itu, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks saham Thailand yaitu Stock Exchange of Thailand naik 8,2% secara year to date menjadi 1.405,21 pada Kamis 22 Mei 2014. Meski ada kudeta militer, bursa saham Thailand mampu berada di posisi keempat di antara bursa saham Asia sepanjang 2014.
Lalu indeks saham acuan SET turun 0,7% sepanjang Mei 2014. Mata uang Baht juga mencatatkan performa buruk pada Mei di Asia. Akan tetapi, Baht kembali menguat 0,1% ke level 32.563.
Templeton Emerging Markets Group dan Samsung Asean Equity Fund memperkirakan, pelemahan pasar saham hanya jangka pendek. Hal itu karena kudeta militer dinilai dapat memberikan kestabilan.
"Kami melihat kudeta militer saat ini sebagai kemungkinan positif secara keseluruhan. Hal itu karena kudeta militer menciptakan lingkungan lebih stabil," ujar Executive Chairman Templeton Emerging Market Group, Mark Mobius, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (23/5/2014).
Ia mengakui, memang situasi Thailand membuat investor asing langsung menginginkan stabilitas di negara itu. Investor asing telah menarik dana sekitar US$ 408 juta atau sekitar Rp 4,71 triliun (memakai asumsi kurs Rp 11.563 per dolar AS) sejak darurat militer dideklarasikan pada 20 Mei.
Sementara itu, Ekonom Capital Economics, Mark Williams menuturkan pasar saham dapat juga jatuh apabila risiko politik semakin tinggi. Akan tetapi, penurunan saham juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk membeli saham.
Sisi lain, kudeta militer yang terjadi dinilai sedang mendekati akhir permainan krisis politik. Menurut Williams, hal itu dapat menjadi positif bagi pasar keuangan dalam waktu dekat dengan mengurangi ketidakpastian dan risiko kebuntuan politik.
"Tapi ini perlu digarisbawahi skala kesenjangan di Thailand, dan menunjukkan resolusi yang langgeng untuk konflik politik masih jauh," kata Williams.
Prospek Mata Uang Baht
Kepala Ekonom Credit Agricole, Frances Cheung mengungkapkan, Baht dapat melemah 1,4% menjadi US$ 33. Sementara itu, Ekonom Senior Mizuho Bank, Vishnu Varathan memprediksikan, baht mungkin turun menjadi 33,5 per dolar AS.
Sejumlah lembaga pemeringkat internasional pun memberikan penilaian untuk krisis terjadi di Thailand. Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menilai, pengenaan darurat militer memberikan kredit negatif dan pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh.
Sepertinya gejolak politik terjadi di Thailand memang mempengaruhi pasar keuangan. Untungnya krisis Thailand yang terjadi tidak terlalu signifikan berdampak ke Baht. Mata uang Thailand Baht bahkan menguat hari ini. Baht naik 0,43% ke level 32.46 per dolar di Bangkok. Penguatan ini setelah militer Thailand mengambil alih kekuasaan. Pada pukul 9.14 waktu Bangkok, Baht naik 0,3% ke level 32.51.
Sedangkan Fitch Ratings dan S&P 500 memberikan peringkat invesment grade ke level ketiga terendah. Andrew Colquhoun, Head of Asia-Pacific Sovereign menuturkan, FItch akan memantau ketat peristiwa yang terjadi di Thailand.
Angkatan Bersenjata Thailand telah melalukan setidaknya 12 kudeta sejak berakhirnya monarki absolut pada 1932.
Kudeta terakhir dilakukan menyusul pertikaian politik yang berujung kerusuhan di ibu kota, Bangkok akhir tahun lalu, ketika eks PM Yingluck Shinawatra membubarkan majelis rendah parlemen. Mahkamah Konstitusi melengserkannya atas tuduhan menyalahgunakan kekuasaan.
(Ahm/)