Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tidak hanya rajin mengimpor bahan bakar minyak (BBM). Untuk mengantisipasi kebutuhan gas, Indonesia harus melakukan impor gas.
Senior Vice President Gas and Power, PT Pertamina (Persero), Salis S Apriliani mengatakan, permintaan gas akan meningkat 4,8% per tahun dalam kurun waktu 10 tahun.
Advertisement
"Permintaan gas Indonesia akan meningkat hingga 4,8% per anum dalam rentang 2015-2025," kata Salis, saat menghadiri pameran pameran IPA ke 38 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Jumat (23/5/2014).
Oleh karena itu, Indonesia harus mengimpor gas, untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan. Pertamina pun berinisiatif untuk melakukan kontrak kerja sama.
"Permintaan ini sangat bergantung pada infrastrukutur terutama pipa transmisi dan distribusi," tutur Salis.
Selain itu, Indonesia harus mengubah paradigmanya, yang sebelumnya menjadi penjual gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG), agar ketahanan energi menjadi kuat.
"Indonesia sebagai LNG seller menjadi LNG Buyer. Long term Contract menjadi short and long term kontak," pungkasnya.
Sebelumnya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan menjatah gas untuk domestik meningkat pada 2014. Alokasi gas dalam negeri ini pun terus meningkat setiap tahun.
Pada 2012, jatah gas untuk dalam negeri mencapai 49,5% dari produksi. Sementara itu, 52,15% dari produksi gas. Sedangkan proyeksi alokasi gas domestik mencapai 54,2% pada 2014. (Pew/Ahm)