Mantan KSAD Ryamizard Nilai Pemimpin Tak Perlu dari Militer

Menantu mantan Wakil Presiden Try Sutrisno itu mengatakan, siapa pun capresnya, ia harus bisa menjaga persatuan dan kesatuan.

oleh Oscar Ferri diperbarui 24 Mei 2014, 06:19 WIB
(ANTARA FOTO/Feny Selly)

Liputan6.com, Jakarta - Di antara calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres), hanya Prabowo Subianto yang memiliki latar belakang militer. Ketua Umum DPP Gerindra itu pernah menjabat berbagai jabatan strategis di TNI Angkatan Darat. Salah satunya Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus).

Terkait dengan Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 mendatang, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Purnawirawan Ryamizard Ryacudu memberikan pandangannya mengenai sosok seorang pemimpin.

Di mata Ryamizard, pemimpin tak harus dari kalangan militer. Sebab, menurut dia, tak ada bedanya antara TNI dan sipil. Semua anak bangsa berhak menjadi presiden.

"Jangan memperlebar jurang antara TNI dan sipil. Siapa pun anak bangsa yang mampu, baik sipil maupun TNI akan saya dukung," ujar Ryamizard di kediamannya, Kompleks Perumahan TNI AD (KPAD) Cijantung II, Jalan Flamboyan Nomor 17, Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (23/5/2014).

Menantu mantan Wakil Presiden Try Sutrisno itu mengatakan, siapa pun capresnya, ia harus bisa menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Tidak boleh membiarkan perpecahan terjadi di Indonesia.

"Kita ke depan harus berpikir keras untuk nusa dan bangsa agar menyatukan bangsa ini. Kita tidak ingin terpecah-pecah," tandas Ryamizard. "Contohnya partai sudah banyak yang terpecah-pecah. Itu tidak baik. Saya tidak sependapat juga partai jadi terpecah-pecah. Mari bersatu."

Ada 2 pasang capres-cawapres pada Pilpres 2014. Pertama, Jokowi-JK yang didukung koalisi gabungan 5 partai, yakni PDIP, PKB, Partai Nasdem, Partai Hanura, dan PKPI. Kedua, Prabowo-Hatta maju di bawah payung koalisi 6 partai, yaitu Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, Golkar, dan PBB.

Suara gabungan PDIP 18,95%, PKB 9,04%, Nasdem 6,72%, dan Hanura 5,62%, dan PKPI 0,91%, yakni 40,88%. Sementara akumulasi suara Gerindra 11,81%, PAN 7,59%, PPP 6,53 %, PKS 6,79%, Golkar 14,75%, dan PBB 1,46%, yakni 48,93%.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya