Liputan6.com, New York - Tak hanya 10 negara, Universitas di Swiss, IMD dalam laporannya berjuluk The IMD World Competitiveness Yearbook ,juga melansir daftar 60 negara yang masuk sebagai negara paling kompetitif di dunia. Dari ke-60 negara tersebut, Indonesia menjadi salah satunya.
Kali ini, Indonesia masuk ke urutan 37, naik 2 peringkat dari posisi di 2013. Sayang, posisi ini masih di bawah 2 negara Asia Tenggara lain yang menempati posisi lebih tinggi yakni Malaysia dan Thailand.
Advertisement
Malaysia tercatat masuk peringkat ke-12, naik dari posisi 15 di tahun 2013. Sementara Thailand menempati posisi ke-29, turun dari peringkat ke-29 di tahun lalu.
Indonesia dan Malaysia dikatakan menuai untung kenaikan peringkat setelah Thailand mengalami pergolakan politik hingga menyebabkan negara ini harus merosot dua peringkat sebagai negara paling kompetitif di dunia.
"Sebagian besar negara berkembang meluncur turun dari peringkat mereka karena pertumbuhan ekonomi dan investasi yang melambat serta infrastruktur yang tak memadai," ujar Arturo Bris, Direktur Pusat Daya Saing Dunia IMD dalam keterangannya, Sabtu (24/5/2014).
Arturo mengatakan hal itu berkaitan dengan posisi beberapa negara Asia lain, seperti China yang jatuh ke posisi 23 dari 21 akibat kekhawatiran investor tentang lingkungan bisnis.
Demikian pula India yang turun dari 40 ke 44 dan Brasil dari 51 ke 54 akibat pasar tenaga kerja dan manajemen bisnis yang tidak efisien dan tidak efektif. Adapula Filipina dari posisi 38 ke 42.
Memang dari Asia, hanya Singapura yang masuk dalam jajaran negara paling kompetitif di dunia dengan menempati posisi ketiga, naik satu peringkat dari 2013.
IMD menetapkan peringkat dari 60 negara di seluruh dunia dengan mengukur 338 kriteria dalam empat kategori yakni kinerja ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis dan infrastruktur. Perusahaan menggunakan survei terhadap lebih dari 4.300 eksekutif internasional.
Survei juga dilakukan dengan mengandalkan data statistik dari lembaga seperti Organization for Economic Co-operation and Development, Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, yang melacak beberapa hal seperti investasi langsung, surplus anggaran, pendapatan dari pariwisata dan pengangguran.
IMD juga mengambil keuntungan dari 55 lembaga rekanan di seluruh dunia, seperti agen pembangunan Irlandia, Federasi Industri Jerman dan Mitsubishi Research Institute di Jepang untuk mengumpulkan data statistik dari sumber-sumber nasional dan mendistribusikan survei ke para eksekutif. Survei berlangsung kurun Januari sampai Maret 2014. (Nrm)