Liputan6.com, Jakarta - Kondisi politik di Thailand yang tak menentu, sebagai negara satu wilayah ASEAN dinilai tidak mudah bagi Indonesia untuk mengambil keuntungan.
Itu sebabnya Indonesia tercatat masih di bawah Thailand maupun Malaysia sebagai negara paling kompetitif di dunia.
Ekonom asal Universitas Gadjah Mada, Hendri Saparini menjelaskan tak mudahnya Indonesia mengambil peluang itu lebih karena kekuatan kebijakan pemerintah Thailand.
"Ini bukan soal keuntungan bagi Indonesia apa, tapi pertanyaannya Indonesia mau ambil mana, karena kita tahu Thailand teruji saat pemerintahannya gonjang-ganjing ekonominya kan kuat," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (24/5/2014).
Dia mencontohkan, selama kepemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam dua periode sudah sering terjadi gejolak pemerintahan di Thailand, namun kenyataannya peluang tersebut tidak terlihat keuntungan bagi Indonesia.
Selama ketidakpastian pemerintahan Negeri Gajah Putih itu pernah terjadi, dari sejarah Hendri mencatat hal itu hanya mempengaruhi portofolio mereka, tidak berdampak banyak bagi investasi langsung.
Kurangnya Indonesia dalam memanfaatkan peluang tersebut dikatakan Hendri salah satu faktornya adalah masih rumitnya beberapa regulasi mengenai Invesatasi di Indonesia dan ketidakpastian kebijakan pemerintah. Ini penyebab negara ini masih kalah kompetitif dari Thailand.
"Kita ada permasalah banyak, masalah pengupahan, masalah infrastruktur, soal energi, itu yang kemudian peluang tadi hanya sebagai peluang saja," tegas dia.
Advertisement
Seperti diketahui, Universitas di Swiss, IMD dalam laporannya berjuluk The IMD World Competitiveness Yearbook , memasukkan Indonesia ke urutan 37, naik 2 peringkat dari posisi di 2013 sebagai negara paling kompetitf di dunia.
Sayang, posisi ini masih di bawah 2 negara Asia Tenggara lain yang menempati posisi lebih tinggi yakni Malaysia dan Thailand.
Sebab itu, Hendri menghimbau dalam pemerintah baru nantinya untuk lebih menciptakan strategi yang jelas terkait sektor apa yang menjadi prioritas pengembangan ekonomi kedepan.
"Ya karena kita tidak punya strategi, sebenarnya yang kita prioritaskan sektor apa, padahal itu yang harus kita ambil untuk meningkatkan ekonomi kita," pungkas dia. (Yas/Nrm)