Akhir Konvensi si Bintang Mercy

Sebagian besar peserta konvensi capres Demokrat harus 'pulang kandang' dengan legowo.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 25 Mei 2014, 02:39 WIB
Dihadapan Ketua Umum partai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan kader demokrat lainnya melakukan debat terakhir dengan tema ekonomi dan pembangunan (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pekan lalu, tepatnya Minggu 18 Mei Partai Demokrat menggelar Rapimnas. Saat itulah sang Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan partainya siap beroposisi. SBY memilih netral, tak memihak satu partai poros mana pun pada Pilpres 2014.

Ajang pemilihan capres yang bernama Konvensi Capres Partai Demokrat pun pupus. Sebanyak 11 peserta konvensi harus gigit jari. Harapan para peserta konvensi menjadi capres harus raib bersama anjloknya suara Demokrat yang hanya meraih 10,19% pada Pileg 9 April lalu.

Tak jelas alasan SBY memilih beroposisi. Namun selain anjloknya perolehan suara, 11 peserta konvensi juga tak mampu mengungguli elektabilitas capres lainnya, baik Jokowi maupun Prabowo.

Rasa terhormat juga muncul sebagai alasan bagi Demokrat untuk beroposisi. Demokrat harus menjadi penonton pada pilpres kali ini, setelah dua periode menggawangi pemerintahan.

"Suara Demokrat hanya 10%. Elektabilitas peserta konvensi memang masih di bawah capres-capres unggulan dari partai lain. Dengan itu opsi jadi sangat terbatas," ujar SBY di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu 18 Mei lalu.

Di sisi lain SBY mungkin tak mau menjilat ludah sendiri terkait pernyataan dirinya sebelumnya, bahwa dirinya tak mau memilih capres yang akan menasionalisasikan semua aset negara.

Terlalu sulit bagi SBY untuk mentukan pilihan. Sebab, dirinya sudah kadung menggelar konvensi. Di sisi lain masyarakat sepertinya sudah kecewa dengan pemerintahan SBY hingga berpaling dan memilih partai lain.

Meski bertekad oposisi, Demokrat tetap berharap menerima lamaran koalisi partai poros. Meski Demokrat terlihat malu-malu. Hal ini diakui Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua.

"Ini juga masih terbuka untuk mereka yang ingin dilamar sebagi cawapres, toh cawapres itu bukan ditentukan tapi kan dipinang. Kita membuka itu, di sana tidak jadi persoalan. Siapa yang potensial," katanya.

Tak Laku di Pasar Politik

Pilihan oposisi Demokrat dan tidak berkoalisi dengan partai lainnya, mungkin menjadi pukulan bagi para peserta konvensi. Kerja keras yang selama ini dilakukan harus berakhir sia-sia. Beberapa peserta konvensi tak menolak dirangkul dua partai poros, PDIP dan Gerindra.

Sebelum beberapa peserta konvensi bersedia dirangkul kedua partai poros, memang Demokrat sudah memberikan sinyal. Netral bagi Demokrat adalah tidak berkoalisi, namun bukan berarti harus golput.

"Kan dijelaskan netral tapi tak golput. Ada suara kader yang diinginkan untuk giat politik. Saya Belum kasih tahu, saya belum komunikasi. Secepatnya saya kasih tahu," ujar Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Suaidi Marasabessy saat dihubungi Kamis 22 Mei lalu.

Sejauh ini hanya ada satu nama yang dilirik partai poros. Sisanya, mereka harus pulang kandang. Anis Baswedan misalnya, kini ia bergabung dengan PDIP, mendukung pencapresan pasangan Jokowi-JK. Ia diundang PDIP sebagai tim sukses pemenangan Jokowi-JK pada Pilpres 9 Juli mendatang.

"Saya menerima undangan dari Tim Jokowi-Jusuf Kalla untuk pilpres mendatang. Baik Pak Jokowi dan Pak JK masing-masing menghubungi saya untuk kepentingan tersebut. Saya mengiyakan undangan tersebut sebagai sebuah ikhtiar turun tangan ikut mendorong orang baik mengelola pemerintahan," ujar Penggagas Gerakan Turun Tangan itu dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 22 Mei lalu.

Rektor Universitas Paramadina itu mengatakan, persetujuannya menerima undangan tersebut didasari beberapa alasan yang menurutnya penting bagi kemajuan republik ini. "Saat ini yang dibutuhkan negeri ini adalah suasana kebaruan. Wajah baru yang dapat mengubah perpolitikan Indonesia, Pasangan Jokowi-JK."

"Pak Jokowi adalah baru dan walau berpasangan dengan tokoh senior, adalah kombinasi pasangan yang lebih berpotensi menghadirkan kebaruan dan terobosan," sambung Penggagas Gerakan Indonesia Mengajar itu.

Peserta konvensi lainnya yakni Pramono Edhie Wibowo yang belakangan digembar-gemborkan akan berduet dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie pun harus pupus harapan. Ical ternyata beralih hati ke Prabowo. Adik ipar SBY itu sepertinya tetap menjadi anggota Dewan Pembina Demokrat dan menikmati masa pensiun setelah lama berkarir di militer.

Setali tiga uang dengan Edhie, Dahlan Iskan yang memenangkan konvensi pun harus kembali ke kandangnya, sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Alasan tidak mencalonkan pria yang akrab disapa DI itu karena minimnya suara hasil Pileg.

"Demokrat kan cuma 10%. Kami tahu diri," ujar Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan di rumah dinas, Kompleks Menteri kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Sabtu (17/5/2014).

Sama halnya yang dilakukan Dino Patti Djalal. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu mengaku, belum tertarik terjun ke dunia politik praktis usai mengikuti konvensi Demokrat. Ia tak ikut dalam barisan pendukung salah satu pasangan capres-cawapres Pemilu 2014, yaitu pasangan Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta.

Tak hanya itu, Gita Irawan Wirjawan yang sebelumnya mengundurkan diri sebagai Menteri Perdagangan untuk mencapreskan diri melalui konvensi ini, pun merasakan pengalaman yang sama. Ia pun harus kembali ke duniannya dalam bidang ekonomi.

Pengalaman yang sama juga dirasakan peserta konvensi lainnya, seperti anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa, anggota Komisi I DPR Fraksi Demokrat Hayono Isman, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua DPR Marzuki Alie, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang, dan mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto. (Ado)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya