Korban Konflik Mamasa Hidup Berpindah-pindah di Hutan Sejak 2005

Mereka enggan pulang ke kampung halaman karena rumah dan tanah yang ditinggalkan saat kerusuhan kini sudah dikuasai pihak lain.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Mei 2014, 05:17 WIB
Ilustrasi Massa Anarkis

Liputan6.com, Polewali Mandar - 8 Anggota keluarga Demianus menjadi salah satu bukti sejarah kekejaman koflik bernuansa SARA (suku, antar golongan, ras dan agama) di Mambi, Mamasa, Sulawesi Barat pada 2005 lalu. Mereka adalah salah satu korban konflik yang memilih lari ke hutan untuk menyelamatkan diri.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (26/5/2014), selama ini Demianus bersama istri dan 6 anaknya hidup berpindah-pindah. Mereka berkelana dari hutan ke hutan di Mamasa hingga ke Polewali Mandar agar jejaknya tak tercium.

Selama dalam pelarian, Demianus dan keluarganya mencoba bertahan hidup dengan kondisi alam yang ada. Kini mereka telah tinggal di Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar.

4 Anaknya sudah bisa bersekolah. Namun 2 anaknya yang lain buta huruf akibat seringnya mereka berpindah tempat sehingga tak sempat bersekolah. Demianus bekerja sebagai petani penggarap sawah warga dengan sistem bagi hasil.

Sementara gubuk berukuran tak lebih dari 2 x 4,5 meter dibangun di atas tanah pemilik sawah yang bersedia memberinya tumpangan sementara. Bangunan tersebut hanya ditopang dengan tangkai kayu dan bambu serta beratap rumbia.

2 Lembar tikar plastik dan baju bekas yang dipakai keluarganya adalah pemberian warga dan tetangga barunya yang bersimpati. Dalam sebulan, keluarga itu hanya bisa sesekali makan nasi.

Hingga kini mereka enggan pulang kampung ke Mambi. Alasannya harta benda berupa rumah dan tanah yang ditinggalkan saat kerusuhan kini sudah dikuasai pihak lain. (Ado)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya