Sapi-sapi di Swiss Punya Lubang Intip

Para peneliti di Swiss melubangi tubuh sapi guna melihat apa saja makanan yang dikonsumsi oleh sapi-sapi yang ada dipeternakan.

oleh Aria Sankhyaadi diperbarui 30 Mei 2014, 07:30 WIB
Para peneliti di Swiss melubangi tubuh sapi guna melihat apa saja makanan yang dikonsumsi oleh sapi-sapi yang ada dipeternakan.

Liputan6.com, Swiss Kecanggihan ilmu teknologi dan pengetahuan yang berkembang cepat saat ini lantas tak membuat para peneliti di Swiss meninggalkan cara konvensional untuk melakukan penelitian terhadap hewan ternak berikut ini.

Seperti yang dilansir dari Dailymail, Rabu (28/5/2014), dengan latarbelakang untuk meneliti apa saja yang dimakan oleh ternak khususnya sapi, para peneliti dari Agroscope, Grangeneuve, Swiss, melubangi perut sapi-sapi yang berada di peternakan mereka.

Foto dok. Liputan6.com

Para peneliti tersebut membuat lubang sebesar 20 cm di salah satu sisi perut sapi. Mereka menggunakan lubang tersebut untuk memasukkan kanula. Dengan menggunakan kanula, maka lubang pada perut sapi itu terus dibiarkan terbuka sehingga mirip "lubang intip".

Dengan begitu mereka akan mengetahui dengan jelas apa yang dimakan dan proses pencernaan sapi. Selama proses penelitian, sapi-sapi tersebut hanya diberi makan gandum dan rumput. Sebagian dari makanan yang telah dicerna oleh sapi akan diambil untuk diteliti melalui lubang itu.

Foto dok. Liputan6.com

Setelah diteliti, hasilnya digunakan untuk membantu peternak memberikan makanan yang lebih seimbang untuk sapi. Para peneliti mengklaim, proses ini untuk meningkatkan energi efisiensi pada sapi. Hal tersebut karena dapat membantu lingkungan yaitu menurunkan jumlah metana yang dihasilkan hewan.

Selama pemasangan dan proses penelitian lewat kanula, sapi-sapi itu dibius. Dengan demikian sapi-sapi tidak merasakan sakit ketika sedang diperiksa. Namun praktik yang sudah dilakukan sejak tahun 1833 itu banyak menuai kritikan. Organisasi Pelindung Hewan menganggap bahwa praktik tersebut adalah penyiksaan karena lubang itu selalu terbuka. (Ars)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya