Darurat Militer Thailand, Petani Karet Diimbau Tunda Penyadapan

Wamendag, Bayu Krisnamurti mengatakan, produsen karet Thailand tak masuk ke pasar telah mempengaruhi harga karet.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 28 Mei 2014, 19:43 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Situasi darurat militer yang diterapkan pemerintah Thailand berdampak buruk pada harga karet. Hal itu karena produsen karet menjual karet hanya ke pasar China.

Padahal, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurti mengatakan, negara tersebut memiliki program yang mendukung para petani tak terkecuali untuk produksi karet. Adanya situasi krisis membuat para petani terjebak dalam posisi panik sehingga mereka menjual karet dengan harga sangat rendah.

"Para petani panic selling di mana harga jual karet secara sangat berlebihan,tidak terkendali, yang terjadi karet Thailand tidak datang ke market, tapi dibeli secara langsung salah satu buyer terbesar di dunia yaitu China," ujar Bayu, Jakarta, Rabu (28/5/2014).

Pembelian yang dilakukan China membuatnya mengurangi pembelian terhadap pasar lain yang ada. Ia menuturkan, dengan keadaan tersebut yang terjadi harga karet  semakin merosot.

Tak hanya itu, di sisi lain situasi darurat membuat petani menggenjot karet  terus-menerus juga berdampak pada rusaknya tanaman di negara dengan julukan negeri gajah putih tersebut.

"Thailand akan rugi karena tidak bisa mengontrol produksi sehingga bisa juga nanti pohon-pohon  karet mereka terganggu tapi saya tidak mau berspekulasi seperti itu intinya harga karet belum bisa diangkat karena belum diperbaiki," lanjutnya.

Maka dari itu, menurut Bayu, jalan paling baik untuk para petani Indonesia adalah menunda penyadapan. Hal itu dilakukan guna mengangkat harga karet.

"Satu-satunya yang paling bisa realistis dengan para petani, karena kami sangat harapkan menunda penyadapan tapi di sisi lain kami mengerti. Kami juga sedang growth dengan pertanian agar bagaimana mengurangi suplai karena pasarnya nggak menentu," kata dia. (Amd/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya