Simulasi Jelang Pilpres di KPU

Para demonstran tidak percaya dengan lembaga penyelenggara pemilu itu dan menuduhnya tidak bersikap netral sebagai panitia.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Mei 2014, 17:45 WIB
Polisi menggelar simulasi besar-besaran di berbagai tempat menjelang pemilihan Presiden Juli mendatang.

Liputan6.com, Jakarta Polisi menggelar simulasi besar-besaran di berbagai tempat menjelang pemilihan presiden (pilpres) Juli mendatang. Simulasi kekerasan terkait pilpres itu digelar di Jakarta, Bekasi, dan Depok, Jawa Barat.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (29/05/2014), bentrokan antara polisi dan demonstran terjadi beberapa saat setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil penghitungan suara dalam Pilpres 2014.

Para demonstran tidak percaya dengan lembaga penyelenggara pemilu itu dan menuduhnya tidak bersikap netral sebagai panitia. Himbauan polisi untuk tidak bersikap anarki, tidak dihiraukan oleh para demonstran.

Botol air minum pun berterbangan ke arah polisi. Demonstran juga mencoba untuk menendang satuan pengamanan gedung KPU. Polisi akhirnya menurunkan Satuan Pengendali Massa.

Latihan kesiapan semacam ini juga digelar di Bekasi, Jawa Barat. Lokasinya yang amat dekat dengan ibukota membuatnya memainkan peranan penting. 

Diskenariokan para demonstran bersepeda motor yang tak puas dengan hasil pemilu berusaha untuk memasuki gerbang tol Bekasi Barat untuk pergi ke Jakarta.

Polisi Kota Bekasi kemudian menghadang sejumlah titik yang dianggap rawan akan diberi perhatian lebih termasuk gerbang tol dan wilayah perbatasan dan jalan raya.

Skenario serupa juga dijalankan oleh Polisi Depok. Massa pengunjuk rasa berkonvoi dengan mobil bak terbuka hendak ke Gedung DPR Jakarta. Akan tetapi, mereka dihadang oleh polisi. Polwan negosiator gagal menghentikan massa yang sudah emosional ini. 

Polisi bersenjata api melepas tembakan agar massa membubarkan diri. Akan tetapi hal itu melukai seorang demonstran. Ratusan polisi pun dikerahkan dalam simulasi ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya