Liputan6.com, Punjab - Keluarga dan pengikut salah satu pemimpin spiritual Hindu di India terlibat sengketa hukum. Ini terkait klaim apakah sang guru meninggal dunia atau dalam kondisi meditasi mendalam.
Yang Mulia Shri Ashutosh Maharaj -- nama guru spiritual itu -- adalah pendiri ordo relijius Divya Jyoti Jagrati Sansthan yang memiliki properti yang diperkirakan bernilai 100 juta poundsterling atau Rp 1,9 triliun.
Shri Ashutosh Maharaj yang berusia 70-an tahun mendirikan sekte keagamaannya pada 1983, yang mengklaim bertujuan mempromosikan "kebangkitan diri bagi perdamaian global" di mana setiap individu menjadi perwujudan dari kebenaran, persaudaraan, dan keadilan melalui ilmu realisasi diri yang bersifat abadi.
Saat ini, ia memiliki ribuan pengikut di seluruh dunia. Juga sejumlah properti besar di India, Amerika Serikat, Amerika Selatan, Australia, Timur Tengah, dan Eropa. Termasuk, kantor pusat di Hayes, Middlesex, Inggris.
Menurut istri dan anaknya, ia telah meninggal dunia sejak 29 Januari 2014, akibat serangan jantung. Namun, para pengikut sang guru di ashram miliknya menolak upaya keluarga membawa tubuhnya untuk dikremasi.
Menurut para pengikutnya, yang berbasis di Nurmahal, Jalandhar, Punjab, Shri Ashutosh Maharaj sedang memasuki Samadhi atau meditasi mendalam. Dan mereka memutuskan untuk membekukan tubuhnya, menjaganya tetap utuh saat ia nanti terbangun.
"Yang Mulia Shri Ashutosh Maharaj ji sedang berada dalam kondisi meditasi mendalam sejak 29 Januari 2014," demikian pernyataan pihak ashram, seperti Liputan6.com kutip dari Telegraph, Jumat (30/5/2014).
Menurut salah satu pengikut setianya, sang guru sudah pernah mengalami hal serupa di masa lalu. "Maharaj pernah bermeditasi di kondisi di bawah titik beku di Himalaya, ini bukan sesuatu yang aneh. Dia akan kembali hidup sebentar lagi dan kami memastikan tubuhnya tetap awet sampai nanti," kata dia.
Kini jasad atau tubuh sang guru berada di di kulkas yang berada dalam ashram, yang dijaga ketat. Hanya beberapa tetua dan dokter di lingkaran dalam sekte yang boleh masuk.
Pihak pemerintah pun terbagi sikap soal kondisi sang guru. Meski Kepolisian Pun jam telah mengonfirmasi kematiannya, Pengadilan Tinggi setempat membatalkan status tersebut. Dan pemerintah lokal pun mengatakan, itu persoalan spiritual dan pengikut Maharaj tak bisa dipaksa untuk percaya bahwa ia sudah mati.
Saat ini istri dan anak Maharaj telah mengajukan permohonan pengadilan, menyerukan penyelidikan atas situasi kematiannya. Jika benar ia tewas, jasadnya akan segera dikremasi.
Anaknya, Dilip Jha (40), mengklaim pengikut mendiang ayahnya menolak untuk melepaskan jasadnya untuk mempertahankan kendali atas keuangannya. (Yus)
Energi & Tambang