Liputan6.com, Jakarta - Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo dan dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) tak memihak kalangan nelayan tradisional.
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Perikanan Aliansi untuk Desa Sejahtera (ADS), Abdul Halim mengatakan, salah satu visi dan misi Jokowi-JK terkait ketahanan pangan adalah menjadikan Indonesia sebagai bangsa matirim yang maju, kuat, dan mandiri berbasis kepentingan nasional dengan menetapkan kawasan konservasi perairan menjadi 17 juta hektar (ha).
"Kalau kawasan konservasi laut diperluas, maka kawasan perairan tersebut tidak boleh digunakan sebagai area tangkap," ujarnya dalam diskusi Menakar Janji Capres untuk Wujudkan Kedaulatan Pangan, di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (30/5/2014).
Menurut Halim, perluasan tersebut membuat area penangkapan nelayan tradisional Indonesia dibatasi sehingga konstribusi para nelayan untuk peningkatan produksi perikanan 40-50 juta ton sulit tercapai.
"Program tersebut justru tidak memberikan perhatian terhadap sumber penghidupan nelayan tradisional yang jumlahnya terus menurun," katanya.
Dia menjelaskan, Indonesia sebenarnya memiliki potensi perikanan mencapai 6,2 juta ton. Namun sayangnya tingkat konsumsi ikan di dalam negeri terhitung kecil jika dibandingkan negara lain.
"Seperti Senegal konsumsi ikannya mencapai 453 kilogram per kapita per tahun, Gambia dan Gana mencapai 55% dari potensi ikan lokal, Kamboja 60%. Sementara Indonesia hanya sekitar 4%," jelas dia.
Dia juga memaparkan bahwa prosentase impor ikan segar dan beku Indonesia mencapai 53,61%. "Ini berarti separuh kebutuhan ikan Indonesia didatangkan dari negara-negara yang justru menjadi pencuri ikan negara ini. Di sini pasangan Jokowi-JK tidak memiliki langkah kongkrit untuk melindungi masyarakat nelayan," tandasnya. (Dny/Gdn)
Jokowi-JK Tak Berpihak pada Nelayan Tradisional
Di Senegal, konsumsi ikan masyarakat mencapai 453 kilogram per kapita per tahun.
diperbarui 30 Mei 2014, 12:57 WIBSejumlah perahu nelayan di kawasan Tempat Pelelangan Ikan Munjungagung, Larangan, Tegal, Jateng. Ratusan perahu kesulitan memasuki lokasi karena terjadinya sedimentasi di muara sungai.(Antara)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Polisi Telusuri Pemilik Pelat Nomor Khusus yang Pengawalnya Arogan
DJP Kaji Usulan Pajak Jadi Syarat Perpanjang SIM hingga Paspor
VIDEO: Kebakaran Hebat Ludeskan 10 Ruko di Meurah Mulia, Aceh Utara
Kilang Pertamina Internasional Raih Sertifikasi Internasional Buat Produksi SAF dari Minyak Jelantah
Perbedaan Neurobion dan Dolo Neurobion, Ini Manfaat, Dosis, dan Efek Samping
Perbedaan Ngapak dan Medok, Pahami Keunikan Dua Dialek Jawa Ini
Akibat Bertengkar dengan Pacar, Penumpang Nekat Buka Pintu Darurat Pesawat JetBlue Hendak Melompat
Kasus Pesta Seks dan Tukar Pasangan Terungkap, Polisi Sebut Ada Keterlibatan Warga Asing
VIDEO: Banjir Melanda Kampung Tengah, Kapuk Bongkaran, dan Kelapa Gading
Orang dengan Komorbid seperti Diabetes dan Kolesterol Tinggi Lebih Rentan Terinfeksi HMPV
Erick Thohir Dorong Ekonomi Kerakyatan Lewat Program UMKM Naik Kelas
Mau Mulia Dunia Akhirat? Ini Amalannya Menurut UAH