Mendag Tak Sabar Dorong Masyarakat Gunakan Ponsel Pintar

Saat ini, lebih dari 50% dari total penggunan ponsel masih menggunakan jaringan 2G dan 2.5G.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 30 Mei 2014, 16:25 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Rencana pemerintah untuk memberlakukan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) sebesar 20% untuk ponsel impor diharapkan mampu mengurangi masuknya impor sekaligus akan menarik investasi ponsel ke Indonesia.

Namun, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membeberkan, rencana pemberlakukan PPnBM tersebut ternyata rupanya tidak menjamin bisa menarik investor ponsel untuk masuk ke Indonesia.

"Sejauh ini yang kami hitung ternyata pajak barang mewah belum bisa mendorong investasi karena (produsen ponsel) yang di dalam negeri bayar juga, yang dari luar negeri bayar juga," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta Pusat (30/5/2014).

Selain itu, Lutfi menambahkan, saat ini Kemendag memiliki kepentingan agar seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan untuk bisa mengakses ponsel dengan jaringan 3G. Saat ini menurut Lutfi, lebih dari 50% dari total penggunan ponsel masih menggunakan jaringan 2G dan 2.5G. Hal ini lantaran harga ponsel dengan jaringan 3G masih terbilang mahal.

"Artinya buat saya ini masalah. Saya berkepentingan Indonesia gunakan 3G. Sekarang gimana caranya saya gimana nelayan petani bisa gunakan ini, sehingga di balai lelang, di pasar lelang, di resi gudang bisa lihat harga bawang merah sekarang, berapa harga beras. Kalau pakai 2G kan tidak bisa lihat. Saya berkepentingan agar petani convert dari 2G ke 3G," jelasnya.

Dia menyatakan, memang sempat ada perbedaan pandangan antara Kementerian Perdagangan dann Kementerian Perindustrian soal mana yang lebih penting antara pembangunan industri ponsel atau mendorong jumlah pengguna ponsel pintar tersebut.

"Kalau (Kementerian) Perindustrian bilang industrinya yang penting. Tapi saya ini tidak sabar karena kami mau mendorong e-commerce. E-commerce itu bisa jalan kalau ada ponsel pintar, mereka bisa lihat Facebook, bisa dagang, bisa jualan, bisa beli. Sekarang kalau nungguin (pembangunan pabrik ponsel pintar di dalam negeri), maka tidak jalan," lanjutnya.

Oleh sebab itu, Lutfi mengaku tengah mencari cara agar masyarakat bisa dengan mudah untuk mendapatkan ponsel pintar dengan harga yang terjangkau.

"Sekarang ini masalahnya kita mesti duluan yang mana. Sekarang saya bilang lebih penting orang pakai teleponnya daripada industrinya duluan. Sekarang lagi bekerja sama Perindustrian, bagaimana caranya orang Indonesia hijrah dari 2G dan 2,5G ke 3 G," tandasnya. (Dny/gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya