Liputan6.com, Jakarta Resmi sudah calon presiden Indonesia. Sabtu 31 Mei 2014, KPU (Komisi Pemilihan Umum) menetapkan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, serta pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, sebagai calon presiden dan wakil presiden dan peserta pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang.
Pada 4 Juni mendatang, kedua pasangan secara resmi sudah boleh berkampanye terbuka untuk merebut simpati rakyat Indonesia, agar memilih mereka. Namun sejatinya secara tidak resmi, kampanye itu sudah dimulai sejak lama.
Kedua pasangan bermanuver ke sana kemari menemui tokoh ini tokoh itu, menggalang dukungan kelompok ini kelompok itu. Janji-janji mereka tebar dan tujuan akhir semua ikhtiar itu tentu saja dengan mengajak untuk memilih capres dan cawapres.
Di luar langkah-langkah para kandidat di dunia nyata, di media massa dan dunia maya (internet) saling serang itu berlangsung, dalam wujud kampanye negatif dan juga kampanye hitam. Siapa pelakunya? kita tak akan pernah tahu, yang jelas pendukung kedua kubu saling menelanjangi dan saling memburukkan. Tak hanya program yang ditawarkan, tapi juga pribadi kandidat.
Joko Widodo, yang diusung koalisi PDI Perjuangan, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura, dan PKPI diserang dengan berbagai isu, termasuk SARA (Suku Agama Ras Antargolongan) yang sebenarnya tidak relevan dengan Pilpres.
Jokowi Herbertus, misalnya dituding sebenarnya bukan Muslim dan huruf H di depan namanya bukan singkatan Haji, tapi singkatan nama Herbertus. Kubu Jokowi merasa perlu menangkis serangan ini. Selain itu buku nikah Jokowi dan foto Jokowi, sedang salat juga disebarluaskan.
Ada juga tudingan bahwa Jokowi terlalu tunduk kepada ketua umum partainya, Megawati. Sehingga bila menang dikhawatirkan tidak bisa lepas dari pengaruh Megawati.
Belakangan, beredar surat yang sekilas seperti resmi dan ditandatangani Jokowi, berisi permohonan penangguhan pemeriksaan dirinya oleh kejaksaan agung terkait dugaan korupsi dalam pengadaan Bus Transjakarta.
Sementara itu, serangan terhadap Prabowo Subianto, tidak kalah gencar. Masa lalunya adalah amunisi bagi lawannya. Padahal sebagian adalah isu lama yang dimunculkan lagi. Misalnya keterlibatannya dalam pelanggaran Ham pada tahun 1998 saat ia menjabat Danjen Kopassus.
Prabowo juga diterpa isu pemukulan saat mendaftarkan diri sebagai peserta Pilpres 2014 di gedung KPU. Kehidupan pribadinya juga diungkit. Sebuah akun Twitter misalnya menuding Prabowo, mengenai kewarganegaraan Yordania pada 1999. Bahkan, statusnya sebagai seorang duda sehingga tak ada ibu negara bila ia terpilih dipersoalkan.
Saksikan selengkapnya pada tautan video yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (1/6/2014), di bawah ini:
(Riz)
Advertisement