Liputan6.com, Jakarta - Indonesia diprediksi akan mengecap defisit neraca perdagangan di periode April 2014. Kondisi ini berpotensi terjadi lantaran kenaikan impor lebih besar dibanding ekspor.
"Permintaan masih tinggi sehingga mendorong peningkatan volume dan nilai impor," ucap Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (2/6/2014).
Dia menyebut, ada beberapa golongan barang yang berpotensi mencatatkan kenaikan impor, antara lain, mesin dan peralatan listrik serta plastik dan barang dari plastik.
Meski ekspor minyak dan gas (migas) berpeluang melanjutkan kenaikan, namun tambah Reza, pertumbuhannya diprediksi akan lebih rendah dari nilai impornya.
Kata dia, kenaikan impor tak mampu ditutup dari ekspor meski mengalami pertumbuhan. Alasannya, sambung Reza, karena masih ada tekanan dari harga ekspor komoditas.
"Jadi volume dan nilai ekspor belum bisa menguat signifikan," tuturnya.
Reza mengaku, ada barang-barang non migas yang berpotensi menopang ekspor, yakni bahan bakar mineral dan minyak hewan. Dengan melihat kondisi ini, dia memproyeksikan neraca perdagangan bisa berpeluang terjadi defisit.
Advertisement
"Defisitnya sekitar US$ 46 juta. Dan kalaupun surplus hanya sekitar US$ 244 juta," jelasnya. (Fik/Ndw)
Baca Juga