Harga Barang dan Jasa RI Paling Murah di Dunia

Pelancong asing tergiur dengan murahnya harga jual barang dan jasa yang dibanderol di Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Jun 2014, 14:46 WIB
Petugas Dinkes Kota Solo memeriksa tanggal kadaluarsa makanan di sebuah supermarket di Solo, Jateng.Razia untuk mencegah beredarnya makanan tidak layak konsumsi pada bulan ramadan.(Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan posisi ekonomi Indonesia di Asia Pasifik dan Dunia Berdasarkan Hasil International Comparison Program (ICP) 2011. Dari hasil workshop ini menunjukkan bahwa tingkat harga barang dan jasa di Tanah Air menjadi yang terendah di dunia.

Demikian disampaikan Kepala BPS, Suryamin saat acara Paparan Inflasi Bulanan di kantornya. Dia mencatat, tingkat harga konsumen barang dan jasa di Indonesia sebesar 44,3%. Barang itu dapat berupa barang konsumsi, sandang, pangan, papan, produk ekspor impor dan sebagainya. Survei ini berlaku untuk barang yang sama di seluruh negara.

"Tingkat harga lebih murah dibanding rata-rata tingkat harga konsumen barang dan jasa di dunia," ungkap dia, Senin (2/6/2014).

Dia menjelaskan, rata-rata harga konsumen di dunia sebesar 100. Dengan begitu, tambah Suryamin, rata-rata harga konsumen di Indonesia sebesar 55,7 di 2011. Sedangkan pada 2005, tingkat harganya 49 sehingga terjadi perubahan 13,7%.

"Tingkat harga konsumen barang dan jasa Indonesia menempati peringkat ke 38 termurah di antara 179 negara. Sedangkan di Singapura, harga konsumen barang dan jasanya lebih tinggi yakni di urutan 144, dan Brunei Darussalam 104. Malaysia peringkat 57," jelasnya.

Suryamin memperkirakan, pelancong asing tergiur dengan murahnya harga jual barang dan jasa yang dibanderol di Indonesia. "Makanya orang luar negeri senang datang ke sini, barangnya komplit harganya murah. Apalagi yang punya gaji dolar, belanja murah di sini," terang dia.

Sementara dari sisi Price Level Index (PLI), dia menyatakan, kenaikan harga umum (seluruh komoditi) di Indonesia pada 2011 sebesar 6,1% dibanding 2005. "Ini juga menjadi yang terendah di ASEAN. Karena di negara ASEAN lain kenaikannya bisa lebih dari 6,1%, bahkan mencapai 10% lebih," cetus Suryamin. (Fik/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya