Sulit Toilet, Kondektur Bus Wanita Thailand Kerja Pakai Popok

Jika memiliki akses ke toilet bersih di tempat kerja, Anda mungkin akan lebih menghargainya setelah membaca kisah ini.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 05 Jun 2014, 07:01 WIB
Kondektur bus di Bangkok, Thailand yang kesulitan toilet dan memakai popok. (Bangkok Post)

Liputan6.com, Bangkok - Jika memiliki akses ke toilet bersih di tempat kerja, Anda mungkin akan lebih menghargainya setelah membaca kisah ini. Ini cerita tentang para kondektur wanita di Bangkok, Thailand yang kesulitan menemukan toilet saat sedang bekerja, dan harus menggunakan popok demi bisa buang air rutin.

Seperti dikutip Liputan6.com dari Oddity Central, Kamis (5/6/2014), para kondektur bus di Bangkok tidak bisa ke toilet rutin karena tak ada kamar kecil di setiap pemberhentian bus. Alhasil, mereka harus memakai popok dewasa alih-alih menahan buang air.

Mungkin mengenakan popok dewasa menjadi solusi bagi para kondektur bus itu, namun terlalu sering mengenakannya ternyata juga mempunyai dampak negatif.

Salah satu yang terkena dampak buruknya adalah Watcharee Viriya. Awalnya konduktor bus wanita ini mengalami gejala infeksi saluran kemih, karena selalu menahan buang air selama beberapa jam sebelum ke toilet. Sejak diagnosis itu, Viriya pun mulai memakai popok dewasa. Tapi keadaan semakin memburuk.

"Rasanya tidak nyaman ketika saya berpindah tempat, terutama ketika saya buang air kecil di popok," ungkap Viriya.

"Ketika aku tiba di terminal bus, aku harus lari untuk bisa mengganti popok. Aku menggunakan setidaknya dua popok sehari," beber Viriya yang baru-baru ini didiagnosis terkena kanker rahim, dan perlu menjalani operasi. Semua itu gara-gara pemakaian popok terlalu lama.

"Dokter mengatakan akibat memakai popok kotor terlalu lama, dan zat dari popok itu terserap ke dalam rahim," ucap Viriya sedih.

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Thai Women and Men Progressive Movement Foundation, 28 persen dari konduktor bus wanita memakai popok selama 16 jam kerja.

"Kami terkejut," kata Direktur Yayasan itu, Jaded Chouwilai. " Kami juga menemukan banyak dari mereka menderita infeksi saluran kemih dan batu kandung kemih. Banyak konduktor bus perempuan juga menderita kanker rahim".

Masalah ini hanya salah satu yang dihadapi para pekerja kelas bawah di Thailand setiap hari. Berbeda jauh dengan yang dialami para pekerja kelas menengah dan atas.

Masalah kecil tapi fatal ini menambah teruk krisis politik kompleks di Negeri Gajah Putih, yang bermuara pada kudeta militer pada 22 Mei 2014.

"Meskipun telah menyusut, kesenjangan antara si kaya dan si miskin masih cukup besar. Sistem sosial dan politik kami telah memberikan lebih banyak kesempatan kepada orang-orang kaya dan berkuasa," ujar Direktur Riset untuk pembangunan yang inklusif di Thailand Development Research Institute ( TDRI ), Somchai Jitsuchon.

Untungnya, saat ini kondektur bus di Bangkok dan serikat pekerja mulai menuntut kondisi kerja yang lebih baik. "Kondisi kerja mereka tidak baik," kata sekretaris serikat pekerja Bangkok Mass Transit Authority, Chutima Boonjai.

"Mereka harus bekerja berjam-jam dalam kondisi cuaca panas, dan ketika lapar mereka tidak bisa langsung makan. Ketika mereka ingin pergi ke toilet, mereka tidak bisa langsung buang hajat," tambah Boonjai.

Boonjai menyebutkan, para sopir bus itu juga mengalami masalah seperti sakit punggung dan wasir.

"Kasus-kasus terburuk adalah kanker, stroke dan tekanan darah tinggi karena kondisi kerja yang melelahkan dan panas. Itulah mengapa sekarang sangat sulit untuk mempekerjakan orang di bus Thailand, terutama untuk upah serendah 300 baht (US$ 10) atau sekitar Rp 118 ribu per hari," jelas Boonjai. (Ein)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya