Saham Wall Street Menguat, Indeks S&P 500 Cetak Rekor

Besok, Departemen Tenaga Kerja bakal mengeluarkan laporan mengenai pasar tenaga kerja di Amerika.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Jun 2014, 04:52 WIB
(Foto: Forbes)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di tengah penantian akan keputusan stimulus yang akan dikeluarkan oleh Bank Central Eropa (The European Central Bank/EBC) dan juga perbaikan data tenaga kerja di Amerika.

Indeks S&P 500 menguat 0,2% menuju level 1.927,88 pada pukul 16.00 waktu New York, AS. Level tersebut merupakan level tertinggi yang pernah dicetak oleh Indeks S&P 500.

Indeks Nasdaq juga menguat 0,41% menjulu level 4.251,65. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,09% sehingga bertengger di level 16.737,53.

Direktur Perdagangan Saham Wedbush Securities Inc, Los Angeles, AS, Michael James menjelaskan, penguatan indeks di AS tersebut disebabkan pelaku pasar mengambil posisi menjelang keluarnya beberapa data ekonomi  di Eropa dan Amerika.

"Pergerakan indeks disebabkan sentimen positif sebelum EBC mengeluarkan pengumuman resmi mengenai stimulus dan juga data tenaga kerja di Amerika Jumat besok," jelasnya seperti ditulis oleh Bloomberg, Kamis (5/6/2014).

Dewan Gubernur Bank Central Eropa bakal melakukan pertemuan di Frankfurt, Jerman, Jumat besok untuk menentukan kebijakan ekonomi di Eropa. Ada kemungkinan untuk menurunkan target ekonomi dan menambah stimulus untuk mencegah deflasi.

Selain itu, besok, Departemen Tenaga Kerja juga bakal mengeluarkan laporan mengenai pasar tenaga kerja di Amerika. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bloomberg, rilis mengenai tenaga kerja tersebut bakal menunjukkan angka yang positif.

Dalam survei tersebut, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan gaji pada para karyawan di sektor swasta pada bulan Mei kemarin jika dibandingkan dengan bulan April.

Jika survei tersebut terbukti, bukan tidak mungkin Bank Sentral Amerika (The Federal Reserve/Fed) akan segera mengurangi stimulus dan juga menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 2006 lalu. (Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya