Bunga Firdaus, Bermodal Kardus Mie Sukses Merangkai Usaha WO

Adalah Bunga Firdaus (32), pemilik Bunga Wedding Organizer yang cukup lama malang melintang di dunia tata kelola pernikahan.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Jun 2014, 09:29 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak ingin momen hari bahagianya berjalan lancar. Mengingat momen bahagia seperti pernikahan diharapkan menjadi hal terbaik sekali dalam seumur hidup.

Namun bila tak pandai mengaturnya, satu acara pernikahan bisa menjadi petaka tak membahagiakan yang akan dikenang seumur hidup.

Kerumitan dan harapan penyelenggaraan satu perayaan pernikahan yang khidmat, indah, dan lancar inilah yang kemudian membuka peluang usaha untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Adalah Bunga Firdaus (32), pemilik Bunga Wedding Organizer yang cukup lama malang melintang di dunia tata kelola pernikahan di dalam maupun luar Jakarta.

Bunga pun bersedia berbagi cerita kepada Liputan6.com, bagaimana membangun usaha Wedding Organizer (WO) miliknya menjadi besar hingga kini.

Awal mula usaha

Bunga Wedding Organizer berdiri sejak 2008. Ide membentuknya cukup simple. Merupakan rencana bentukan antar sesama teman-teman lama.

"Karena kebetulan konsepnya, idenya, semua planning bisnis itu semua keluar dari aku, jadi kita sepakat namanya pakai Bunga WO. Nah kebetulan kalau bunga kan memang identik dengan wedding ya, jadi cocok aja, tapi kadang orang jadi suka salah asumsi nggak tahu kalau namanya ternyata sesuai dengan nama pribadi aku," tutur dia.

Bunga menceritakan sejak lulus kuliah mulai menggeluti dunia broadcast. Dimulai dari bekerja di sebuah Production House (PH) hingga stasiun televisi.

Peruntungan dimulai saat Bunga bekerja di PH yang merupakan milik sang suami, di mana ada pemilik Wedding Organizer mengajaknya bekerjasama.

Dia pun melihat ada benang merah antara dunia broadcast yang pernah digelutinya dengan WO yang kemudian menjadi pilihan usaha berikutnya.

"Seperti misalnya, kita punya bintang tamu, ya itu bisa dikonversi menjadi pengantinnya. Lalu kita memiliki durasi, punya rundown, punya kamera, tapi bedanya cuma satu. Kalau di dunia PH, apalagi kalau ini misalnya adalah program yang tapping , itu ada yang namanya bisa di cut lalu kemudian di retake, tapi kalau di dunia Wedding Organizer sekali kita salah habis semuanya," tutur wanita kelahiran 2 Oktober 1982 ini.

Dalam memulai jejak usahanya, Bunga mengaku tak perlu modal besar. Hanya kardus indomie yang menjadi kantornya. Ya, kardus ini merupakan tempat untuk menyimpan file para klien.

"Kemudian aku mencoba untuk memakai kreatifitas dan rasa ingin berjuang itu sebagai modal juga. Jadi salah satunya adalah mencoba untuk ikut pameran wedding," jelas dia. 

Lewat pameran Bunga berupaya menggaet klien. Sukses mendapat klien, keuntungan awal mulai didapat.  "Kadang aku nggak dapat profit apa pun. Kenapa? Karena aku mencoba mendapatkan portofolio. Pada dasarnya mereka terbayar, tim inti. Cuman aku sendiri dan manajemen tidak dapat apa-apa," tegas ibu dua putri ini.

Dalam usahanya ini, Bunga tak banyak merekrut pekerja. Sang suami bertugas sebagai bagian keuangan dan marketing manajer.

Sementara Bunga bertindak sebagai Tim inti dibantu dua orang asisten. Kemudian ditambah supir dan 15 sampai 20 orang pekerja lepas.  

Kiat menghadapi persaingan dan pemasaran

Dengan begitu banyaknya persaingan di industri WO, Bunga harus memutar otak agar usahanya bisa tetap berjalan.

Khas tradisional dan islami menjadi pilihan dari fokus usaha Bunga. Strategi ini dinilai berhasil membuat nama Bunga WO dikenal, di tengah persaingan yang ketat.

"Jadi kami tidak pernah menangani yang bergaun dan bridal, jadi itu sudah mengeliminasi ke kompetisi kami dengan WO universal atau yang internasional. Beberapa kali memang kita menangani klien yang ekspatriat tapi dengan outlook, outfit yang tradisional juga," tutur dia.

Khusus pemasaran, sama dengan yang lain. Media sosial seperti website dan instagram. Namun pemasaran lewta mulut ke mulut yang dinilai lebih ampuh menggaet klien.

"Jadi, memang penting bagi kita terutama pemula seperti aku yang tidak punya nama besar untuk benar-benar melayani, di awal kita pokoknya nggak papa kita dapat margin yang tipis dari klien yang ini, tetapi kita yakinkan dia puas 100%," tutur dia.

Berkaitan dengan pendapatan, Bunga enggan mengungkapkan detail. Pastinya, dia mengaku bisa memegang 10 sampai 12 acara dalam sebulan.

"Kalau bicara nominal, kami itu memang masih di bawah, masih standar dibandingkan WO yang memang sudah sangat tersohor, tetapi kami Alhamdulillah diberikan kepercayaan oleh klien-klien kami untuk menangani banyak sekali event," tambah dia.

 
Suka duka

Bukanlah usaha jika tak ada suka dan duka. Menggeuti usaha WO juga iku bermain perasaan. Sebab menurut Bunga, ini melibatkan keinginan bukan hanya sang pengantin tetapi masuk keluarga besarnya. Konflik internal keluarga kerap menjadi bumbu untuk diselesaikan.

"Pernah yang paling ekstrim adalah menjelang pernikahan si calon suami selingkuh, lalu kemudian curhatnya ke aku, dan itu sangat drama, ada yang ingin bunuh diri segala, dan aku mau tidak mau terlibat di situ," ungkap dia.

Sukanya bagi Bunga adalah, pada saat semua konflik itu mencapai klimaksnya dan kemudian berakhir di pelaminan dengan senyuman. Bahkan Tim Bunga kerap terharu menangis pada saat ijab Kabul dibacakan karena mereka menilai sukses membuat pasangan pengantin memperjuangkan cintanya.

Khusus target ke depan, Wanita lulusan Universitas Indonesia ini sedikit demi sedikit memberikan pengertian kepada masyarakat yang masih menganggap wedding tradisional kuno.

"Kami tetap konsisten di tradisional, karena wedding tradisional itu sangat kompleks, sangat ngejelimet, lebih ngejelimet daripada wedding internasional, itulah sebetulnya kebutuhan wedding planner, wedding organizer itu dibutuhkan. Jadi target aku ke depan, di dalam satu acara itu kita bisa mengedukasi keluarga besar maupun hadirin, mengenai pentingnya nilai tradisional," tandas Bunga. (Dinda Sulistyawati/Nrm)

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya