Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih bergerak variatif menjelang akhir pekan. Saat ini belum ada sentimen kuat yang menggerakkan indeks saham sehingga mempengaruhi transaksi harian saham.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, IHSG sulit tembus level 5.000. Indonesia yang mencatatkan defisit neraca perdagangan sekitar US$ 1,9 miliar pada April 2014 masih membayangi perhatian pelaku pasar. Sentimen itu ditambah dengan perkembangan pemilihan Presiden.
Advertisement
"Pergerakan IHSG masih bergerak variatif. IHSG akan berada di level support 4.900 dan level resistance 4.970 menjelang akhir pekan ini," ujar David, saat dihubungi Liputan6.com.
Sementara itu, Analis PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono menilai, IHSG akan bergerak variatif dengan kecenderungan menguat pada kisaran support 4.910 dan resistance 4.949. Sentimen nilai tukar rupiah masih mempengaruhi bursa saham.
"Dengan pelemahan rupiah yang masih bergejolak, investor dapat fokus pada saham dolar earner," ujar Purwoko.
Sepertinya sentimen data makro ekonomi Indonesia yang kurang baik dan pelaksanaan kampanye pemilihan Presiden mempengaruhi mood investor untuk bertransaksi saham. Saat ini rata-rata transaksi harian saham sekitar Rp 6,16 triliun. Angka ini masih di bawah rata-rata tahun lalu sekitar Rp 6,5 triliun. "Kurangnya sentimen kuat mempengaruhi transaksi saham di bursa," kata David.
Untuk rekomendasi saham pada Jumat pekan ini, David memilih tiga saham yang dapat dicermati pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain saham PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), PT London Sumatera Tbk (LSIP), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
"Sell on strengh tiga saham itu," kata David.
IHSG menguat tipis tiga poin ke level 4.935,56 pada perdagangan kemarin. Kenaikan IHSG terjadi di tengah tekanan nilai tukar rupiah yang sempat melemah tajam terhadap dolar. Pelemahan ini masih disebabkan neraca perdagangan yang defisit.
Sementara itu, dari eksternal, beberapa data makro Amerika Serikat (AS) yang dirilis di atas ekspektasi seperti data industri jasa yang lebih bagus dari perkiraan juga mempengaruhi gerak indeks saham. (Ahm/)