Pasca Diakuisisi Facebook, Pendiri WhatsApp Mati Rasa

Pasca Facebook mengakuisisi WhatsApp, banyak pihak ingin mengetahui berbagai kisahnya termasuk perasaan pendirinya.

oleh Andina Librianty diperbarui 07 Jun 2014, 12:23 WIB
Ilustrasi Facebook dan Whatsapp

Liputan6.com, Jakarta - Pasca Facebook mengumumkan akuisisi terhadap WhatsApp, banyak pihak ingin mengetahui berbagai kisahnya. Termasuk perasaan para pendiri aplikasi pesan pendek populer tersebut.

Facebook mengakuisisi WhatsApp dengan nilai yang fantastis mencapai US$ 19 miliar. Menanggapi nilai akuisisi itu, salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton, mengatakan merasa 'mati rasa'.

"Anda seperti mati rasa dan berusaha memahami semuanya. Ini mengubah hidup saya, dan saya menyadari hal itu," kata Acton menanggapi kesepakatan besar tersebut, seperti dilansir USA Today.

Pernyataan Acton itu disampaikannya dalam StartX di Palo Alto, California, pada Rabu malam waktu setempat. Pernyataan ini sekaligus memecah keheningannya pasca pertama kali Facebook mengumumkan kesepakatan untuk membeli WhatsApp.

Acton mengatakan bahwa dia dan pendiri WhatsApp yang lain, Jan Koum, memutuskan menerima pinangan Facebook ketimbang harus menjalani pengawasan Wall Street dan proses IPO yang panjang. "Saya tidak tahu apakah saya punya stamina untuk itu," sambungnya.

Namun dia menegaskan bahwa WhatsApp akan tetap independen, termasuk tidak berencana mengubah kebijakan privasi. Pernyataannya sekaligus menjawab peringatan dari kelompok pendukung privasi, yang memperingatkan kalau Facebook bisa mendapatkan akses ke informasi personal pengguna WhatsApp.

WhatsApp menjamin tidak akan mengumpulkan informasi seperti nama, jenis kelamin, alamat, atau umur, seperti yang dilakukan Facebook. Sebaliknya, pengguna hanya perlu mendaftarkan nomor telepon mereka untuk bisa menggunakan aplikasi tersebut.

"WhatsApp memiliki kebijakan perusahaan, tidak ada iklan, tidak ada game, dan tidak ada gimmick," tegas Acton.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya