Bagaimana Jusuf Kalla Bisa Kaya Raya?

Berawal di 1952, saat itu kedua orang tua Jusuf Kalla yaitu Haji Kalla dan Hajjah Athirah, memulai bisnis tekstil.

oleh Arthur Gideon diperbarui 06 Jun 2014, 15:03 WIB
Ilustrasi Jusuf Kalla (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat, Joko Widodo (Jokowi), calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) beserta sekutunya memutuskan untuk memilih Jusuf Kalla (JK) sebagai calon wakil presiden.

"Tadi malam telah kami putuskan calon wakil presiden yang akan mendampingi saya adalah Bapak Drs Haji Muhammad Jusuf Kalla," kata Jokowi. Gayung bersambut, JK pun tak menolak pinangan dari Jokowi. "Saya ingin nyatakan dengan sepenuh hati bahwa saya siap mendampingi Bapak Joko Widodo sebagai calon wakil presiden," sambut JK.

Jusuf Kalla bukan nama baru di lingkaran istana. Ia pernah menduduki kursi menteri pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati Soekarnoputri. Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini juga pernah menduduki kursi wakil presiden di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Di dunia bisnis, nama JK juga tak asing. Ia pemilik grup usaha Kalla. Jejaring usaha Kalla mencengkram di berbagai sektor seperti otomotif, konstruksi, energi , keuangan, properti hingga transportasi.

Pernah menduduki jabatan penting di Indonesia dan juga memiliki banyak perusahaan tentu saja membuat JK mendapat gelar orang sukses sekaligus kaya. Dari dunia usaha, tak usah disebut berapa besar penghasilannya dair puluhan perusahaan miliknya tersebut.

Penghasilan JK tak hanya dari sisi itu saja. Saat ini ia juga mendapat uang pensiun dari negara sebagai balasan menjadi orang nomor dua di Republik Indonesia ini. Besaran uang pensiun wakil presiden sama dengan gaji dan tunjangan dia saat menjabat sebagai wakil presiden. Saat itu, JK mendapat gaji dan tunjangan sebesar Rp 42,55 juta.

Cukup besar bukan? Nah, sebenarnya berapa banyak uang yang dimiliki oleh JK?

Menilik Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), JK terakhir kali melaporkan kekayaannya pada November 2009, saat dia melepas masa jabatannya sebagai wakil presiden. Saat itu, total harta yang dimiliki oleh Ketua dewan Masjid Indonesia tersebut mencapai Rp 314,51 miliar dan US$ 25.728.

Jumlah harta tersebut meningkat lebih dari separuhnya jika dibanding lima tahun sebelumnya, saat ia pertama kali menduduki jabatan wakil presiden. Di Mei 2004, kekayaan JK tercatat Rp 194,19 miliar dan US$ 14.928.

Harta apa aja yang dimiliki kalla dan apa saja yang bertambahsehingga nilainya tumbuh hampir 61,96% dalam lima tahun?



Dalam lima tahun, Harta Tanah dan Bangunan Milik JK Naik Rp 40,35 Miliar

Jusuf Kalla (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dalam lima tahun, Harta Tanah dan Bangunan Milik JK Naik Rp 40,35 Miliar

Dalam catatan LHKPN, harta JK digolongkan dalam harta tak bergerak dalam bentuk tanah dan bangunan. Harga bergerak seperti kendaraan, perikanan, emas dan lainnya. Lalu harta dalam bentuk surat berharga. Terakhir harta dalam bentuk giro.

Jika ditelisik satu persatu, pada November 2009, harta tak bergerak JK mencapai Rp 91,99 miliar. harta tak bergerak tersebut berupa tanah dan bangunan. Sebagian besar berada di Makassar. Tak heran, pasalnya ia memang berasal dari daerah tersebut. Dalam catatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tanah yang dimiliki JK tersebut berupakah tanah hasil kerja sendiri alias bukan hibah. Tanah tersebut tersebsar di wilayah Kota Makassar, Takalar, Kendari, Pare-Pare dan Bone.

Jika dibandingkan dengan posisi Mei 2004, kenaikan harta tak bergerak JK mencapai 78,14%. Saat pertama kali menjabat sebagai Pendamping Susilo Bambang Yudhoyono, harta tak bergerak pria yang ditempat asalnya dipanggil sebagai Daeng Ucu ini sebesar Rp 51,64 miliar.

Sedangkan harga bergerak anak kedua dari tujuh belas bersaudara ini tercatat Rp 1,76 triliun. harta tersebut berupa mobil, peternakan, logam mulia dan batu mulia.

Harta bergerak tersebut tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan jika dibanding dengan lima tahun sebelumnya. di 2004, harta bergerak JK tercatat Rp 1,76 juga.

Untuk harta dalam bentuk surat berharga, di 2009 tercatat Rp 220,52 miliar. Nilai surat berharga yang dimiliki oleh JK melonjak tinggi dalam lima tahun. Sebelumnya, jumlah surat berharga yang dimiliki JK hanya sebesar Rp 142,79 miliar. Artinya, dalam lima tahun surat berharga JK melonjak 54,44% atau senilai Rp 77,73 miliar.

Sedangkan giro dan setara kas lainnya, pada 2009 terbagi dua yaitu dalam mata uang rupiah yang tercatat Rp 246,52 juta dan valuta asing yang tercatat US$ 25.668.

Di 2004, giro dan setara kas lainnya yang dimiliki JK tercatat hanya dalam bentuk valuta asing yang sebesar US$ 14.928.

 


Raksasa Bisnis JK

(Foto: kallagroup.co.id)

Raksasa Bisnis JK
Tentu saja, jika hanya mengandalkan gaji dan tunjangan dari wakil presiden. Tak mungkin harta JK bisa beranak pinak cukup banyak dalam lima tahun. Asal muasal kenaikan harta tersebut berasal dari keuntungan bisnis yang dimilikinya.

JK memang pengusaha terkenal. Bisnisnya banyak berada di daerah Indonesia Timur khususnya Sulawesi. Apa saja perusahaan yang dimilikinya?

Jusuf Kalla adalah pemilik raksasa bisnis Kalla Group. Di dalam grup tersebut terdapat jejaring usaha otomotif, konstruksi, energi, perusahaan keuangan, properti dan transportasi.

Terdapat empat perusahaan di bawah Kalla Group yang bermain di bidang otomotif. Keempat perusahaan tersebut adalah PT Hadji Kalla yang menjadi dealer mobil merek Toyota untuk daerah Indonesia Timur. PT Kars Inti Amanah yang menjadi dealer mobil merek Kia, Chrysler, Jeep dan Godge. PT Makassar Raya Motor sebagai dealer mobil merek Daihatsu dan PT Bumi Jasa Utama yang menjalankan bisnis penyewaan kendaraan.

Di bidang konstruksi terdapat delapan perusahaan yaitu PT Bumi Karsa, PT Bumi Sarana Utama, PT Bumi Barito Utama, PT Bumi Sarana Beton, PT Bumi Beton Pracetak, PT Marmer Alam SUlawesi, PT Bubuka Teknik Utama dan PT Indonesia Green Management.

Bumi Karsa menyediakan jasa konstruksi pembangunan infrastruktur. Perusahaan ini menawarkan layanan pembangunan konstruksi monorail, konstruksi pelabuhan dan konstruksi gedung bertingkat.

Sedangkan Bubuka Teknik Utama merupakan  perusahaan  yang  bergerak  di bidang  rancang bangun rekayasa, konstruksi dan manufaktur  untuk energi, transportasi dan telekomunikasi.

Jika sebagian perusahan konstruksi Jalla Group bermain di Indonesia Timur, Bubuka khusus digunakan untuk menancapkan kaki-kaki bisnis Kalla di Jakarta.

Di bidang energi ada PT Poso Energy, PT Malea Energy, PT Kalla Electrical System, PT Kerinci energy dan PT Mamuju Energy.

Di Sektor keuangan, Perusahaan di bawah bendera Kalla Group adalah Amanah Finance.

Di bidang properti, Kalla Group memiliki PT Kalla Inti Karsa, PT Baruga Asrinusa Development, PT Inti Kalla Persada, PT sahid Makassar Perkasa, PT Trans Makassar dan PT Haka Sarana Investama (Wisma Kalla).

Di bidang transportasi dan logistik, Kalla memiliki perusahaan PT Makassar Monorail Indonesia, PT Bukaka Lintas Tama, PT Jelajah Laut Nusantara, PT Nusantara Aircharter, PT Bumi Lintas Tama.

Saat ini, sebagian besar perusahaan-perusahaan tersebut dikelola oleh saudara kandung dan anak-anak Jusuf Kalla.


Warisan yang Diwariskan

(Foto: kallagroup.co.id)

Warisan yang Diwariskan
Dari mana asal perusahaan-perusahaan tersebut?  Ternyata Jusuf Kalla tak membangun dari awal raksasa bisnis Kalla Group. Ia melanjutkan bisnis orang tuanya alias mendapat warisan.

Berawal di 1952, saat itu kedua orang tua jusuf Kalla yaitu Haji Kalla dan Hajjah Athirah, memulai bisnis tekstil dan komoditas perdagangan di Watampone, Sulawesi Selatan. Secara bertahap bisnis orang tua kalla berkembang pesat.

Bahkan kemudian, bisnis tersebut meluas ke sektor non  tekstil, termasuk impor dan ekspor produk perdagangan umum hingga bisnis otomotif. Saat itu, perusahaan yang membawahinya adalah Namlozee Venonchap (NV) Hadji Kalla entitas.

Pada tahun 1967, Haji Kalla menyerahkan bisnis kepada anaknya, Jusuf Kalla, diikuti oleh pendirian sebuah perusahaan pengembang konstruksi, yaitu Bumi Karsa. Pada tahun 1969, Jusuf Kalla masuk ke sektor otomotif dengan menjadi importir berlisensi mobil Toyota.

Pada tahun 1980, NV Hadji Kalla memperluas lini otomotif melalui PT Makassar Raya Motor yang kemudian menjadi dealer mobil resmi untuk mobil Daihatsu dan truk Nissan Diesel.

Untuk mendukung program mobil nasional, istri dari Mufidah Miad Saad ini ditunjuk sebagai dealer resmi mobil Timor yang saat ini diubah namanya menjadi Kia Sephia. Perusahaan tersebut berkembang sampai saat ini dan menambah jaringannya dengan menjadi dealer resmi untuk KIA dan Chrsyler.

Tak begitu lama atau di awal 90-an, Kalla memperluas sektor bisnis dengan mendirikan PT Bumi Sarana Utama yang beroperasi sebagai dealer untuk massal aspal. Selain itu, ia juga mendirikan PT Baruga Asrinusa Pengembangan berfokus pada berbagai proyek pembangunan perumahan elite dan kemudian berkembang menjadi perusahaan pengembang besar.

Pada tahun 1999, setelah penunjukan Jusuf Kalla sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, kepemimpinan perusahaan diserahkan kepada adik perempuannya, Fatimah Kalla, yang memimpin transformasi PT Hadji Kalla ke Kalla Group.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya