Liputan6.com, Jakarta - Mantan Panglima TNI Djoko Santoso sedih mendengar kabar adanya oknum anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang menggiring warga untuk memilih pasangan capres-cawapres tertentu. Menurutnya, ini adalah fitnah bagi TNI.
"Orang yang melapor harus dikonfrontir dan langsung tunjuk mana orang Babinsa yang tak netral. Kalau salah, tindak tegas. Jangan fitnah TNI," kata Djoko di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (7/6/2014).
Bila kabar tentang Babinsa itu dibiarkan, lanjut dia, maka institusi TNI akan tercoreng namanya. "Saya jadi Panglima TNI 2009 pernah cetak buku saku bahwa TNI harus netral. Kalau tak ada, jangan ada fitnah. Karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Fitnah itu memecah belah bangsa," tegas Djoko.
Sementara itu, mantan Kapolda Metro Jaya Komjen Pol Purn Nugroho Djayusman mengatakan, perlu tindakan hukum yang tegas karena bisa saja kabar tersebut menyesatkan masyarakat dan merugikan salah satu pasangan. Bisa saja kampanye hitam itu dilakukan oleh oknum tertentu.
"Ini hanya cara pikir pragmatis menghancurkan lawan dengan cara tak sportif. Dalam suasana pilpres, ini puncak pemilihan, puncak pesta demokrasi. Dalam perebutan untuk kemenangan tadi, banyak cara yang dilakukan orang-orang tak bertanggung jawab," tandas Nugroho.
Sebelumnya, seorang anggota Babinsa Jakarta Pusat dikabarkan mendatangi rumah warga. Kemudian, Babinsa itu melakukan pendataan serta mengarahkan pilihan masyarakat ke salah satu pasangan capres-cawapres.
Menanggapi hal ini, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) berencana memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko untuk meminta klarifikasinya pada Senin depan, 9 Juni 2014. (Ado)
Advertisement