Liputan6.com, Beijing - Saling tuduh antara Tiongkok dan Vietnam terkait perebutan wilayah perairan di Laut Tiongkok Selatan semakin seru. Sepertinya pertikaian di Laut Tiongkok Selatan masih belum akan selesai hingga waktu yang lama.
Tiongkok menuduh Vietnam menabrak kapal-kapalnya lebih dari 1000 kali di Laut Tiongkok Selatan. Walaupun menginginkan hubungan baik dengan tetangganya di selatan, Tiongkok menyatakan untuk tidak meninggalkan prinsip-prinsip untuk mencapai hal tersebut, demikian dikutip liputan6.com dari Reuters (05/06/2014).
Advertisement
Tiongkok mengatakan, menjadi pemilik sebagian besar Laut Tiongkok Selatan dan dalam beberapa tahun belakangan ini tengah mengambil langkah-langkah untuk menegaskan kepemilikannya. Hal inilah yang membuat ketegangan dengan Vietnam dan Filipina semakin meningkat.
Dalam suatu konfrontasi pada 26 Mei lalu, sebuah kapal nelayan Vietnam tenggelam tidak jauh dari tempat Tiongkok menggeret suatu anjungan minyak dikawal sejumlah kapal Tiongkok, yakni sekitar 240 kilometer dari Vietnam.
Terkait peristiwa itu, dua pihak saling tuduh. Minggu lalu stasiun televisi Pemerintah Vietnam menyiarkan berita, yang menunjukkan suatu kapal besar Tiongkok menabrak dua kapal nelayan kecil Vietnam, sehingga salah satu dari kapal tersebut terguling.
Pertikaian ini merupakan gangguan paling serius untuk hubungan dua negara komunis, yang satu sama lain merupakan musuh tradisional sejak perang singkat 1979, saat Vietnam menyerbu Kamboja.
Menurut otoritas Tiongkok, segera sesudah menarik anjungan minyaknya ke Laut Tiongkok Selatan, Vietnam mengirimkan sejumlah kapal, pasukan katak, dan menyebarkan sejumlah penghalang semisal jarring-jaring nelayan ke laut.
“Pada 7 Juni pukul 17.00, 63 kapal Vietnam di wilayah itu berusaha menerobos barisan kapal Tiongkok dan menabrak kapal pemerintah Tiongkok sebanyak 1.416 kali,” demikian pernyataan kementrian Tiongkok.
Tapi, kata Tiongkok, mereka berusaha menahan diri atas serangan itu dan mengambil langkah pencegahan. Menurut Tiongkok, mereka telah melakukan lebih dari 30 kali komunikasi dengan Vietnam di berbagai tingkatan untuk menghentikan gangguan yang melawan hukum.
“Tiongkok menginginkan hubungan baik dengan Vietnam, tapi ada prinsip-prinsip yang tidak akan diabaikan,” kata kementerian Tiongkok. “Saluran komunikasi Tiongkok dan Vietnam tetap terbuka.”
Sejumlah kapal Vietnam dan Tiongkok, termasuk kapal penjaga pantai, tetap berpapasan satu sama lain di sekitar anjungan yang dimaksud walaupun telah terjadi beberapa kali tabrakan. Beruntung, hingga peristiwa 26 Mei itu, belum ada kapal yang tenggelam.
Anjungan Haiyang Shiyou 981 melakukan pengeboran di antara kepulauan Paracel yang diduduki Tiongkok dan Pantai Vietnam. Vietnam mengatakan anjungan itu berada di dalam kawasan ekonomi eksklusif dan landas benua Vietnam. Tapi Tiongkok bersikeras, anjungan itu beroperasi dalam wilayah perairannya. Pendirian anjungan itu sendiri menyulut kerusuhan anti-Tiongkok di Vietnam yang menyebabkan empat orang tewas.
Tiongkok mengklaim menjadi pemilik 90% wilayah Laut Tiongkok Selatan. Kepemilikan itu ditunjukkan dalam peta-peta resmi, dalam bentuk sembilan garis putus-putus yang menyeruak hingga jauh ke dalam jantung laut Asia Tenggara. Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan juga mengaku memiliki bagian-bagian perairan yang ditengarai kaya akan kandungan energi itu. (Sun)