"Awug Awug" Kudapan Khas Kendal yang Nyaris Hilang

Berbagai makanan impor mulai dari Pizza, hamburger, dan semacamnya yang membanjiri Kendal

oleh Liputan6 diperbarui 09 Jun 2014, 13:51 WIB
Berbagai makanan impor mulai dari Pizza, hamburger, dan semacamnya yang membanjiri Kendal

Citizen6, Jakarta Berbagai makanan impor mulai dari Pizza, hamburger, dan semacamnya yang membanjiri Kendal Jawa Tengah nampaknya tak mampu menggeser keberadaan makanan tradisional dalam  khasanah kuliner tanah Bahurekso ini.

Salah satu makanan tradisional yang  masih mudah ditemui  di Kabupaten Kendal adalah penganan terbuat dari Ketan yang dihaluskan kemudian tengahnya diisi dengan gula Jawa dan dibungkus daun pisang lalu dikukus hingga matang , makanan ini dinamakan Awug Awug.

Biasanya disajikan dalam acara pernikahan guna suguhan  bagi para tamu yang datang atau disissipkan dalam “Berkat” yaitu bungkusan makanan berisi aneka rupa makanan bagi  para kolega dan kerabat yang datang ke acara pernikahan.

Tak diketahui secara jelas kapan makanan ini mulai diciptakan, yang pasti sejak kelas satu SD yang berarti sekitar tahun 80 an makanan ini sudah ada dan ada dua  jenis Awug  Awug, pertama yang terbuat dari Ketan, Gula Jawa dan parutan Kelapa, kemudian yang kedua terbuat dari butiran sagu aneka warna dengan parutan kelapa muda  dibungkus daun pisang dan dikukus, fungsinya sama, untuk sajian di pernikahan atau hajatan.

Rondiyah (50) salah seorang warga desa Botomulyo  Kecamatan Cepiring yang berprofesi membuat makanan tradisional mengatakan pesanan Awug Awug dari warga mulai mengalir ketika musim pernikahan dan Sunatan antara bulan Besar, Ruwah, dan Syawal  dalam penanggalan Islam. "Tanpa Awug Awug , sajian dan hantaran Berkat rasanya kurang lengkap, karena makanan ini disukai semua umur mulai dari  anak kecil sampai usia lanjut , teksturnya empuk dan mudah dicerna” tutur wanita yang sepintas mirip Nunung artis OVJ  itu.

Dalam cerita Awug awug ini, kelestarian makanan tradisional  yang sudah ada sejak puluhan tahun silam masih tetap eksis dan bertahan karena  masyarakat masih membutuhkannya sehingga kekayaan  khasanah kuliner  tempo dulu masih bisa ditelusuri jejaknya, kedepan semoga semakin banyak makanan tradisional lain yang terus digali dan dilestarikansehingga jadi warisan budaya tersendiri bagi generasi mendatang.

Penulis:

Aryo Widiyanto

Traveller, Bacpaker, penikmat seni yg tinggal di akun twitter @aryowidi, Facebook : Aryo Widiyanto dan blog :  aryowidiyanto.blogspot.com


Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
- See more at: http://news.liputan6.com/read/2060240/kisah-tragis-foto-pemuda-dengan-potongan-rambut-aneh#sthash.gYVf49IB.dpuf
Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya