Di Asia, Tak Perlu Gelar Master Bisnis Buat Jadi Bos Perusahaan

Posisi CEO perusahaan teratas di Asia ternyata didominasi penduduk yang tidak pernah bersekolah di luar negeri

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 09 Jun 2014, 21:13 WIB
(Foto: Lifehack.org)

Liputan6.com, New York Pepatah lama mengatakan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar pula peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan terbaik.

Sebaliknya, sebuah penelitian yang digelar perusahaan perangkat lunak (software) dunia Qilk justru menunjukkan Anda tidak memerlukan pendidikan tinggi bahkan untuk memimpin sebuah perusahaan.

Mengutip laman CNBC, Senin (9/6/2014), hampir 80% CEO terbaik di Asia bahkan tidak menggenggam gelar master di bidang administrasi bisnis (MBA).

Tak hanya itu, lebih dari dua per tiga CEO Asia meraih gelar masternya dari kawasan domestik sementara sisanya dari perguruan tinggi asing.

"Tak ada tren yang menunjukkan para CEO tersebut mengenyam ilmu dari luar negeri. 80% CEO terbaik bahkan tidak menggenggam gelar MBA, mengingat gelar tersebut hanya bisa diperoleh jika bersekolah di luar negeri," ungkap Wakil Presiden Qilk Asia Terry Smagh.

Sejauh ini, hanya Hong Kong dan Singapura yang menunjukkan pentingnya meraih gelar master bisnis dari luar negeri. Pasalnya, sebanyak 70% dari CEO di dua negara tersebut meraih gelarnya dari perguruan tinggi asing.

Bekal pengalaman juga tampak tidak menjadi syarat utama para CEO memimpin laju roda perusahaan. Sebagian besar pemimpin perusahaan di Asia sebelumnya bekerja sebagai direktur pelaksana atau direktur. Hanya 8,8 persen yang memiliki pengalaman sebagai CEO.

Sebagian besar CEO di Asia memiliki pengalaman di bidang keuangan, manufaktur dan energi. Tapi CEO dengan latar belakang di luar sektor bisnis sangat jarang ada.

"Tak ada jalur pengalaman yang sama. Di Australia dan Jepang, beberapa CEO bahkan lulusan hukum dan antropologi. Jadi banyak darinya yang tidak memiliki pengalaman sebagai CEO sebelumnya," ungkap Smagh.

Untuk informasi, rata-rata CEO perusahaan di Asia baik pria dan wanita berusia 56 tahun. Qlik melakukan penelitian kepada 250 perusahaan di Asia Pasifik yang masuk ke dalam 2013 Forbes Global 2000. (Sis/Nrm)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya