Liputan6.com, Beijing Kawasan Laut Tiongkok Selatan masih jauh dari perdamaian. Tidak terbayangkan betapa rikuhnya militer para pihak yang bersengketa malah latihan bersama yang bertujuan menjalin saling percaya di antara para pihak.
Sebagaimana dikutip dari Australia Network News (09/06/2014), dilaporkan bahwa walaupun sedang berada di tengah-tengah ketegangan kawasan, Tiongkok bersiap untuk bergabung dengan Amerika Serikat untuk suatu latihan bersama yang penting.
Advertisement
Beberapa saat mendatang, Beijing akan mengirimkan kapal perusak rudal, fregat rudal dan kapal rumah sakit untuk ikut ambil bagian dalam latihan angkatan laut “Pacific Rim”.
Selain itu, Tentara Pembebasan Tiongkok akan mengirim sejumlah helikopter, kesatuan tempur khusus dan kesatuan selam. Singapura dan Brunei juga akan ikut serta.
Kebijakan “balik ke Asia” (“pivot to Asia”) oleh AS dan pengakuan kepemilikan di Laut Tiongkok Timur dan Selatan menyebabkan kekuatan-kekuatan utama dunia ini saling mempertanyakan maksud masing-masing, padahal latihan tembak dengan senjata sungguhan ini ditujukan untuk membangun kedekatan.
Persengketaan Berlanjut
Ketegangan memuncak di perairan yang kaya sumberdaya di kawasan ini. Tiongkok bersengketa dengan Jepang, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei.
Suatu letupan baru-baru ini di Laut Tiongkok Selatan melibatkan Vietnam dan Tiongkok yang saling tuding mengenai tenggelamnya kapal nelayan Vietnam tidak jauh dari penempatan anjungan minyak oleh Tiongkok di wilayah sengketa.
Dalam pidato di suatu pertemuan Shangri-La Dialogue di bulan Mei lalu, menteri pertahanan AS Chuck Hagel mencurigai Tiongkok menggoyahkan kawasan.
“AS tidak melihat cara lain ketika prinsip-prinsip mendasar bagi tata tertib dunia dilanggar,” kata Hagel.
“Tiongkok menyebut Laut Tiongkok Selatan sebagai lautan perdamaian, persahabatan dan kerjasama dan memang begitulah seharusnya. Namun dalam beberapa bulan belakangan ini, Tiongkok mengambil tindakan sepihak yang memaksakan pengakuan kepemilikannya atas Laut Tiongkok Selatan.”
Sebaliknya, pihak China punya versi sendiri. “Pidato Hagel dipenuhi oleh ucapan mengancam dan memaksa,” ujar wakil kepala staf Tentara Tiongkok, Wang Guanzhong, di sela-sela sidang itu.
“Pidato Hagel penuh dengan bahasa yang menguatkan faktor-faktor yang tidak stabil di kawasan Asia Pasifik dan hanya mencari-cari masalah.” (Ein)