Liputan6.com, Jakarta Di ruang kerjanya terdapat lemari berisi buku-buku tentang fesyen. Sedikit melangkah dari lemari buku itu terdapat meja kerja. Di atas meja kerja tersebut terserak beberapa lembar sketsa fesyen. Wanita-wanita di sketsa itu tak memiliki wajah tapi identitasnya jelas tergambar dari busana yang dikenakan.
Busana-busana wanita di sketsa itu berwarna-warni dan terlihat funky. Namun motif-motif busananya adalah motif kain tradisional Indonesia. Sketsa-sketsa fesyen tersebut sedikit banyak mencerminkan si penggambar, Lenny Agustin. Saat ditemui liputan6.com pada Selasa (3/6/2014) di butiknya yang berlokasi di Jalan Setiabudi II No. 500, Jakarta, Lenny tampil seperti salah satu wanita di sketsa fesyennya.
Advertisement
Rambut pendeknya berwarna merah dan ia mengenakan strap dress motif tradisional dengan warna yang cukup fun. Ada sesuatu yang menarik dari desainer ini, baik mengenai dirinya sendiri maupun rancangan-rancangannya. Jika nuansa klasik biasa ditemui pada busana-busana bernuansa tradisional, maka di tangan Lenny kain-kain tradisional itu punya ekspresi baru, yakni ekspresi yang fun.
“Dengan rancangan busana funky bernuansa tradisional, saya ingin menunjukkan bahwa kain-kain tradisional tak hanya dapat dibuat menjadi busana-busana bergaya klasik. Diversivikasi gaya busana dari kain-kain tradisional akan meningkatkan penggunaan kain-kain tersebut sehingga berdampak pada tumbuhnya industri kain tradisional Indonesia,” ucap Lenny dalam wawancara.
Dalam mendesain Lenny memilih untuk tak terbentur oleh aturan-aturan sehingga desain-desain yang dihasilkan juga lebih free-style, baik dari siluet, warna, dan lain sebagainya. Hal ini berpengaruh pada pemilihan kain tradisional yang digunakannya. Karena memilih free-style, Lenny menggunakan bahan-bahan tradisional yang biasa dipakai sehari-hari, tak menggunakan kain-kain tradisional yang memiliki arti khusus.
Saat berbicara tentang dunia fesyen Indonesia, Lenny mengutarakan harapannya. “Sebagai desainer Indonesia saya berharap agar rancangan-rancangan desainer Indonesia menjadi tuan rumah di negri sendiri atau bahkan menjadi pemain di negri orang lain. Selama ini saya melihat hal itu belum terwujud,” ucapnya.
Sebagai desainer Indonesia, Lenny ingin dunia fesyen Indonesia sejajar dengan dunia fesyen internasional. Untuk bisa mencapai hal ini, menurutnya desainer-desainer Indonesia harus bisa menyesuaikan taste masyarakat internasional, misalnya dalam hal desain. Selain itu dikatakannya desainer-desainer Indonesia harus memiliki kesiapan profesional di dunia industri, misalnya terkait dengan volume produksi.
Lenny menjelaskan bahwa ajang Indonesia Fashion Week secara bertahap berusaha untuk memfasilitasi hubungan industrial antara desainer, bisnis garmen, dan lain sebagainya agar industri fesyen Indonesia menjadi lebih solid. Dengan menguasai pasar negri sendiri, dunia fesyen Indonesia akan punya jalan yang lebih lapang menuju tingkat internasional.
Selera Fesyen Masyarakat Indonesia Bagus
Selera Fesyen Masyarakat Indonesia Bagus
Tiap desainer punya pandangan sendiri tentang fesyen. Demikian pula halnya dengan Lenny Agustin. Dari sudut pandangnya, fesyen bukan sekadar busana dan oleh karenanya istilah `fashion desainer` sesungguhnya tak bisa diterjemahkan sebagai `perancang busana`. `Perancang Busana` adalah terjemahan kata `Dress Maker`.
“Busana adalah fisik pakaian itu sendiri sedangkan fesyen adalah konsep gaya. Berbusana adalah tindak mengenakan pakaian sementara berfesyen adalah tindak mewujudkan taste dalam sebuah konsep style tersendiri,” ucap desainer kelahiran Surabaya 1 Agustus 1973 ini.
Perbincangan dengan desainer yang juga pengajar di sekolah mode ASRIDE ISWI ini berlangsung di lantai 2 butiknya. Butik tersebut besar dengan dinding berwarna marun. Di lantai 1 tersusun koleksi rancangan Lenny. Di sinilah klien-kliennya dapat memilih dan memadu-padankan rancangan-rancangan Lenny.
“Saat klien datang ke butik, saya akan memberi ruang bagi mereka untuk melakukan mix and match sendiri. Seorang desainer memang perlu memberi masukan kepada klien, namun saya ingin agar saran-saran yang saya berikan tidak membuat klien tersebut ketergantungan dengan perkataan desainer,” jelas Lenny tentang peran seorang desainer.
Mengamati cara berpakaian masyarakat Indonesia, Lenny merasa bahwa selera fesyen masyarakat Indonesia sesungguhnya bagus, sayangnya pilihan fesyen masyarakat pada umumnya terbatas oleh daya beli untuk produk-produk masal yang desainnya kurang bagus.
Sebagai desainer busana bernuansa etnik, Lenny punya tips agar seseorang percaya diri tampil mengenakan busana-busana nuansa etnik. Hal yang menjadi kunci adalah pola pikir tentang busana tradisional itu sendiri.
Menurutnya seseorang harus membebaskan diri dari pemikiran yang menganggap busana-busana berbahan kain tradisional hanya berkesan formal. Pikiran seseorang harus lebih kreatif dalam melihat busana-busana berbahan kain tradisional itu.
Advertisement