Anak Panti Asuhan Dijadikan Kelinci Percobaan Vaksin Sapi

Minggu lalu, terungkap bahwa hampir 800 orang anak dan bayi dimakamkan di kuburan-kuburan tak bernama.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 11 Jun 2014, 14:18 WIB
Minggu lalu, terungkap bahwa hampir 800 orang anak dan bayi dimakamkan di kuburan-kuburan tak bernama.

Liputan6.com, Dublin - Bentuk pelecehan terhadap anak-anak bukan hal yang baru saja terjadi belakangan. Pelecehan yang terjadi bukan melulu pelecehan yang bersifat seksual, namun bisa juga dalam bentuk pelanggaran hak-hak anak lainnya.

Skandal rumah penampungan ibu dan anak di Irlandia terus berkembang dengan tuduhan yang mengagetkan, yakni bahwa anak-anak di tempat itu dipergunakan sebagai kelinci percobaan untuk uji coba vaksin oleh perusahaan-perusahaan obat. Demikian dilansir Liputan6.com dari The Daily Beast (10/06/2014).

Hal ini tersingkap setelah pemerintah Irlandia setuju untuk mengumumkan mulainya penyidikan, setelah didesak berkali-kali.

Minggu lalu, terungkap bahwa hampir 800 orang anak dan bayi dimakamkan di kuburan-kuburan tak bernama di halaman rumah singgah itu yang diasuh oleh suster-suster Bon Secours di Tuam, County Galway.

Laporan penemuan jasad-jasad anak-anak yang dibuang ke dalam tangki septik belum menceritakan semuanya secara lengkap.

Stasiun radio Irlandia, Newstalk, mengaku memiliki laporan ekslusif bahwa ada 80 anak-anak di panti asuhan itu yang jatuh sakit setelah mereka diberikan vaksin sapi untuk eksperimen.

Anak-anak itu dilaporkan menjadi sakit setelah mereka diberikan vaksin yang dimaksudkan untuk ternak dalam sebuah percobaan di 5 rumah penampungan dan panti asuhan di Dublin di sekitar tahun 1970-an. Mereka termasuk dalam 298 anak yang dijajal dalam uji coba obat.

Informasi ini tercantum di dalam laporan dari Kepala Kesehatan di Departemen Kesehatan dalam laporan kepada Oireachtas di tahun 2000 yang berhasil diterima oleh Newstalk.

Seorang pria yang diadopsi dari salah satu panti itu—Bessborough House di County Cork—dan hanya memperkenalkan dirinya sebagai Christy mengatakan: “Lengan dan tungkai saya luka-luka parah. Ketika saya tanya kepada ibu angkat saya, ia mengatakan, ‘Ketika kamu tiba, lenganmu sangat bengkak dan dibalut’…Saya tidak mengetahui apapun tentang uji vaksinasi. Saya telah menemui beberapa dokter dan mereka mengatakan belum pernah melihat hal seperti ini, banyak sekali suntikan…saya memiliki delapan suntikan di dua lengan saya dan dua di setiap kaki…para dokter itu tidak bisa memahami hal itu.”

Salah satu biarawati di Bessborough House, Ibu Kepala Suster Sarto ingat tentang pengadilan itu, namun bersikeras bahwa para orangtua telah memberikan izin.

“Tidak ada yang meninggal,” kata salah satu biarawati yang masih mengingat uji-uji coba itu.

Katanya kepada Newstalk,” Dokternya datang ke sini dan mengatakan bahwa mereka akan melakukan ujicoba ini dan para ibu membawa anak-anak mereka ke tempat sang dokter. Anda tidak mungkin dapat melakukan itu tanpa izin ibunya. Itu suatu pilihan…kami memeriksa apakah ada dampak penyakit, dan tidak ada yang meninggal, tidak seorangpun yang menderita dampak yang merugikan. Kala itu datanglah seorang dokter dari Dewan Kesehatan Selatan (Southern Health Board) dan membawa catatan-catatan kedokteran bersamanya.”

Susan Lohan, salah satu pendiri Aliansi Hak Adopsi, bertutur kepada stasiun radio Newstalk bahwa pengakuan adanya izin dari orang tua adalah hal yang tidak dapat dipercaya.

“Para ibu dari anak-anak ini tidak pernah diajak bicara atau apapun terkait dengan kesejahteraan anak-anak mereka,” ujarnya.

“Sejujurnya bagi saya hal itu tidak dapat dipercaya ketika para manajer tempat itu telah membuat perkecualian ketika berurusan dengan percobaan-percobaan vaksin.”

GlaxoSmithKline, yang mengambil alih perusahaan obat yang melakukan percobaan itu, Burroughs Welcome, menyatakan bahwa mereka akan bekerjasama selama penyidikan.

Sebelum tahun 1987, tidak ada undang-undang yang mengatur pengujian kedokteran di Irlandia.

Ada 58 orang anak yang ambil bagian dalam uji coba vaksin polio dan difteri di bulan Desember 1960. Hasilnya diterbitkan dalam British Medical Journal di tahun 1962.

Pemeriksaan sebelumnya atas uji coba vaksin di Irlandia mengalami masalah hukum ketika Professor Patrick Meenan, salah satu dari enam penulis penelitian dan berusia 86 tahun saat itu, mengatakan bahwa ia berhalangan hadir dengan alasan usia yang uzur dan kesehatan yang buruk.

Pemeriksaan tersebut akhirnya dihentikan di tahun 2003.

Masyarakat Irlandia telah diguncang oleh beberapa gelombang laporan tentang pelecehan anak secara kelembagaan sejak penerbitan laporan resmi pertama laporan tahun 2009 tentang pelecehan anak di rumah asuh, yang kerap dijalankan oleh biarawati dan biarawan. Sejak saat itu, terungkaplah air bah kasus-kasus pelecehan jasmani dan seksual atas anak-anak.

Kementrian Anak-anak Charlie Flanagan hari ini mengumumkan Komisi Pemeriksaan dengan hak kewenangan penuh untuk menanyai panti-panti ibu dan anak.

Menurutnya, ia berharap bahwa pemeriksaan bisa juga sekaligus menyidik kecurigaan adanya adopsi paksaan dan ujicoba vaksin yang kontroversial yang dilakukan tanpa izin dari ibu mereka.

Ucapnya kepada stasiun RTE Radio One: “Saya akan dengan giatnya mengupayakan musyawarah dengan seluruh spektrum politik yang ada.”

Tentu saja pemeriksaan ini diterima dengan senang hati. Namun demikian, kenyataan bahwa pernah ada anak-anak yang dipergunakan sebagai mangsa empuk untuk diujikan obat-obatan baru adalah suatu tanda lain akan kurangnya rasa hormat akan hak-hak anak-anak yang malang dan tidak berdosa itu. (Ein)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya