Liputan6.com, Colebrook - Entah apa yang ada di benak seorang anak yang tega membongkar makam ayahnya sendiri demi mengejar harta. Sungguh tidak ada lagi rasa hormat kepada orangtua.
Putri seorang pengusaha terkenal di negara bagian New Hampshire didakwa menjarah makam ayahnya untuk mencari ‘surat wasiat sungguhan,’ namun hanya menemukan sekotak rokok tercengkeram di tangan jenazah. Demikianlah yang dikutip Liputan6.com dari Daily Mail, 12 Juni 2014.
Advertisement
Semasa hidupnya, almarhum Edward ‘Eddie’ Nash adalah pemilik usaha alat berat di Colebrook, New Hamphire. Ia meninggal di tahun 2004 di usia 68 tahun karena serangan jantung.
Puterinya, Melanie Lynch, usia 52 tahun, dan dua anggota komplotannya didakwa merusak makam Eddie bulan lalu.
Bangunan makam wiraswastawan yang terletak di Pemakaman Desa Colebrook itu didapati telah terbelah. Peti jenazahnya terbuka dan jasadnya diacak-acak, walaupun tubuhnya dibiarkan utuh.
Dalam surat perintah penangkapan tercantum nama Melanie Lynch dari Merrimack, yang juga dikenal dengan nama Melanie Nash, dan dua anggota komplotan, Ginette Dowse (71) dari kota Clarkesville dan Michael Day ( 37) dari kota Columbia. Semua dari negara bagian New Hampshire.
Dalam surat itu juga dikatakan bahwa Lynch pernah berkomentar tentang ayahnya yang dikuburkan bersama-sama dengan ‘wasiat sesungguhnya’.
Tertulis dalam surat penangkapan itu, pada malam hari di tanggal 11 Mei, Dowse memberi tumpangan kepada dua orang terdakwa itu untuk ke pemakaman. Dalam kisahnya kepada polisi, Lynch dan Day adalah pihak yang menggali kuburan itu dan menghancurkan pelindung beton dan peti logamnya.
Menurut Dowse, ia kembali beberapa jam kemudian untuk menjemput mereka. Lynch menceritakan kepadanya bahwa ia tidak menemukan apapun dan ‘pembongkaran itu tidak terlalu berat seperti dugaan sebelumnya.’
Keesokan harinya Lynch menceritakan Dowse bahwa ayahnya hanya memegang sebungkus rokok di tangannya.
Kepada stasiun WMUR bulan lalu, Direktur Rumah Duka ‘Jenkins and Newman’ mengatakan, “Kita mendengar cerita perampokan kuburan 100 atau 150 tahun yang lalu. Tidak menduga ada kejadian begini di tahun 2014.”
Day, yang ditangkap di hari Selasa lalu, dipenjara dengan dakwaan mengganggu pemakaman dan keteledoran pidana. Ia dijadwalkan untuk dengar pendapat di pengadilan pada tanggal 19 Juni mendatang.
Eddie Nash, yang dulunya adalah seorang peternak, memulai usaha alat berat yang sukses sejak tahun 1979 dan perusahaan itu masih dijalankan kerabatnya hingga saat ini. Perusahaan itu menjual alat-alat berat bekas pakai di Amerika Serikat dan Kanada dan mempekerjakan 30 orang.
Pemakaman ulang Eddie Nash dikenakan biaya hingga ribuan dollar. Batu nisan granit warna hitam di makamnya bertuliskan demikian, “Raja alat berat bekas pakai sedunia.’ Dalam kabar dukanya, mendiang dan istrinya, Shirley, memiliki dua orang putri, dua orang putra, dan delapan cucu. (Ein)