Liputan6.com, Jakarta - Menjelang Pilpres 9 Juli mendatang, konstelasi politik semakin memanas. Purnawirawan TNI yang berada di kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) saling serang. Maka itu, tudingan yang menjelek-jelekkan dan mendiskreditkan Prabowo diminta agar dihentikan.
Tim pemenangan Prabowo-Hatta sekaligus Mantan Kepala Staf Pangkostrad Mayjend Kivlan Zein mengatakan, tudingan soal surat pemecatan Prabowo dari militer oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP) pun agar diminta dihentikan. Ia menyayangkan sikap seniornya di militer yang seolah-olah menyudutkan Prabowo.
"Hentikan hujatan terhadap Prabowo, dimusuh-musuhin adek-adek kelasmu. Kalian mengatakan setia hormat, kalian tidak hormat, kami tidak menghormati. Merusak jiwa korps, sangat memalukan bagi angkatan lain," ujar Kivlan di Rumah Pemenangan Polonia, Jakarta, Jumat (13/6/2014) malam.
"Kakakku tetap melakukan, berarti menyatakan perang terhadap adik-adikmu," tegas Kivlan.
Membalas soal pembeberan dokumen pemecatan Prabowo, Kivlan pun membeberkan hal yang sama dialami Wiranto saat menjabat Panglima ABRI dan Agum Gumelar saat menjabat Menkopolkam. Keduanya dipecat pada era kepemimpinan Gus Dur.
"Wiranto pernah dipecat oleh Gus Dur dari Panglima ABRI berarti tidak baik, Agum Gumelar dipecat dari Menkopolkam. Prabowo tidak pernah dipecat," ungkap purnawirawan jenderal bintang dua itu.
"Luhut, Agum, Fahrul Razi, mantan kabin semua mendapat jabatan karena Prabowo pernah membantu, mantan kabin dari Danpodiklat ditolong Prabowo. Semuanya banyak ditolong Prabowo. Semua itu punya kesalahan, jangan dibangkit-bangkitkan kesalahnnya lagi," sambung Kivlan.
Menurut Kivlan harusnya para senior tidak memberkan aib juniornya di militer. "Jangan buat perpecahan, tidak malu kepada kelompok masyarakat bukan lulusan AKABRI, militer? Malu dong membuka aibnya, sangat memalukan," ujar Kivlan mengingatkan.
Energi & Tambang