3 Hal yang Paling Dibenci Para Pelamar Kerja

Meski banyak orang melakukannya, tapi melamar pekerjaan tetap menjadi kegiatan yang penuh tekanan dan dapat membuat Anda merasa sangat gugup

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 16 Jun 2014, 02:16 WIB
Pengunjung Career Expo wajib memiliki tiket masuk untuk bisa melamar ke perusahaan peserta pameran (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, New York - Meski banyak orang melakukannya, tapi melamar pekerjaan tetap menjadi kegiatan yang penuh tekanan dan dapat membuat Anda merasa sangat gugup. Perasaan tersebut akan semakin parah saat Anda memang sangat membutuhkan pekerjaan.

Sejumlah proses yang kadang rumit memang harus dijalankan demi memperoleh sebuah pekerjaan. Belum lagi, Anda harus bersaing dengan banyak kandidat lain yang juga mendambakan pekerjaan serupa.

Tak heran, banyak pelamar kerja merasa sedikit kesal saat berupaya menggapai pekerjaan idamannya. Berikut tiga hal yang paling dibenci para pelamar kerja seperti dikutip dari Lifehack.org, Senin (16/6/2014):

1. Melakukan riset pada perusahaan yang diinginkan

Sebelum datang ke kantor, lakukan riset kecil pada perusahaan tempat Anda melamar. Pelajari profilnya dengan baik sehingga memudahkan melamar pekerjaan di sana.

Dengan begitu, Anda juga dapat mengetahui kekuatan finansial perusahaan dan mempermudah menemukan apa yang tengah dibutuhkannya.

2. Negosiasi gaji yang lebih tinggi

Banyak pelamar kerja kalah bernegosiasi dan akhirnya harus menerima gaji yang tidak lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya. Solusinya, pastikan Anda mulai menego gaji terlebih dulu sebelum pihak perusahaan menanyakannya.

Setelah bercakap-cakap mengenai kualifikasi pribadi, seringkali para pelamar panik saat ditanya mengenai jumlah gaji yang diharapkan. Alhasil, Anda seringkali terjebak dan akhirnya menyerah pada gaji yang ditawarkan perusahaan.

3. Memaparkan kelemahan sendiri

Saat melamar pekerjaan, seringkali sang pelamar ditanya mengenai kelemahannya sendiri. Banyak orang yang akhirnya memilih berdalih dengan mengatakan, kelemahannya adalah dia bekerja terlalu keras atau tak bisa menolak pekerjaan yang diberikan.

Dibandingkan melempar jawaban seperti itu, sebaiknya Anda memaparkan kemampuan teknis yang belum secara sempurna dikuasai. Lalu jelaskan, ketidakmampuan itu justru menggiring Anda pada lowongan pekerjaan tersebut karena akan membantu peningkatan kualitas diri. (Sis/Nrm)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya