Liputan6.com, Los Angeles Channing Tatum dan Jonah Hill yang sempat beraksi sebagai dua polisi kocak di 21 Jump Street, kini hadir kembali di sekuelnya, 22 Jump Street. Di Indonesia, film komedi laga Phil Lord dan Christopher Miller itu sudah ditayangkan di bioskop-bioskop terdekat seluruh Indonesia sejak pekan lalu.
Seperti film pertamanya, 22 Jump Street memiliki tingkat humor yang benar-benar segar dan menggelikan. Walaupun banyak istilah-istilah yang mungkin hanya dikenal di kalangan warga Amerika Serikat, namun Phil Lord dan Christopher Miller bisa mengemasnya dengan sangat baik.
Kisah filmnya bermula saat Morton Schmidt (Jonah Hill) dan Greg Jenko (Channing Tatum) terpaksa harus menjadi mata-mata di sebuah kampus untuk memantau peredaran narkoba setelah mereka gagal menangkap pengedar bernama Ghost (Peter Stormare).
Keduanya pun harus menyamar sebagai mahasiswa demi bisa menemukan sosok yang bertanggung jawab dalam menyebarkan narkoba di kampus tersebut, terutama setelah tewasnya salah satu mahasiswi setelah dianggap menerima narkoba dari seorang pria misterius.
Advertisement
Akhirnya, tiba bagi mereka dalam memulai operasi menjaring pengedar narkoba, keduanya lalu terlibat dalam masalah yang cukup kompleks. Salah satunya adalah terjalinnya persahabatan antara Jenko dengan mahasiswa bernama Zook (Wyatt Russell) yang malah merusak hubungan mereka sebagai petugas polisi.
Setelah mengalami beberapa hal yang tak terduga, keduanya lalu bersiap untuk menangkap gembong narkoba terbesar di kampus tersebut. Alhasil dengan semangat berapi-api, akhirnya Jenko dan Schmidt sukses menghentikan peredaran narkoba.
Sebagai film komedi, 22 Jump Street tergolong sukses dalam mengocok perut penonton. Tak hanya bermodalkan banyolan fisik, namun banyak juga humor kreatif yang disampaikan lewat kata-kata layaknya komedi spontan.
Selain itu, adegan laga di 22 Jump Street mampu menjadi bumbu tersendiri di tengah bertebarannya konsep humor yang disajikan. Beberapa aktor maupun aktris baru yang tampil di sini juga tampil cukup baik dalam memainkan perannya. Kembalinya Ice Cube sebagai Kapten Dickson juga menjadi sebuah kesegaran tersendiri.
Salah satu keunggulan yang patut diapresiasi dalam 22 Jump Street adalah padatnya cerita yang tetap berfokus pada hubungan Jenko dan Schmidt sebagai rekan di kepolisian. Bagi para penonton di Indonesia, mungkin ada beberapa lawakan yang dirasa asing dan melenceng dari budaya kita.
Namun hal-hal tersebut rasanya bukan masalah besar bagi kita semua, selama 22 Jump Street hanya dijadikan sebagai hiburan semata. Film ini juga menjadi pilihan yang tepat sebagai penyegar otak di akhir pekan.(Rul/Feb)
Baca Juga