Liputan6.com, Jakarta Mencegah pikun di usia senja sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. Ada cara menyenangkan untuk terus mengasah otak agar tidak mudah lupa.
Seperti dikutip Huffingtonpost, Jumat (20/6/2014), salah satu cara mengasyikkan untuk mengurangi risiko demensia atau alzhimer adalah belajar bahasa asing. Karena berdasarkan penelitian yang diterbitkan Journal of Neuroscience, ketika kita bicara bahasa lain, otak secara aktif akan bekerja.
Begitu juga dengan penelitian terbaru yang dilakukan oleh Annals of Neurology. Peneliti menemukan tingkat kecerdasan orang yang menguasai dua atau lebih bahasa asing, kemampuan kognitifnya luar biasa.
Selain itu, sebuah studi Psychological Science mencatat, orang yang menguasai dua bahasa asinga atau lebih, dapat memproses kata-kata tertentu dengan cepat, terutama jika kata tersebut memiliki arti yang sama.
Sejauh ini, Asosiasi Amerika dalam Bidang Ilmu Pengetahuan juga percaya, orang berbahasa bilingual dapat menurunkan risiko Alzheimer hingga 4-5 tahun kemudian, dibandingkan orang yang mengerti satu bahasa saja.
Masih tidak percaya, manfaat belajar bahasa asing juga ternyata baik untuk anak-anak. Mengapa? Sebuah studi yang dilakukan International Journal of Bilingualism menyebutkan, anak-anak yang bisa berbicara dalam beberapa bahasa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan masalahnya lebih baik.
Advertisement
Cara pencegahan Pikun:
1. Belajar bahasa asing
1. Belajar bahasa asing
Ada banyak manfaat menguasai berbagai bahasa. Anda dapat menikmati buku, musik, dan film dalam bahasa lain. Bahkan menguasai berbagai bahasa dipercaya dapat mencegah gejala pikun alias Alzheimer.
Dalam sebuah penelitian terhadap 450 pasien Alzheimer, yang dipimpin oleh Ellen Bialystok, seorang profesor psikologi di York University di Toronto, mereka yang menguasai bahasa lain, sebagian besar hidup mereka mampu mencegah gejala Alzheimer selama empat sampai lima tahun lebih lama daripada orang yang hanya bicara satu bahasa.
Meskipun kemampuan berbicara dua bahasa tidak mencegah penyakit "perampok" ingatan itu, hal itu menunda munculnya gejala.
Mengapa? Kuncinya mungkin sesuatu yang disebut cadangan kognitif. Belajar dan berbicara dua bahasa membutuhkan otak untuk bekerja lebih keras, yang membantu otak tetap lincah. Seperti melakukan teka-teki silang dan belajar keterampilan baru yang dapat membantu otak menciptakan dan memelihara lebih banyak hubungan saraf.
Advertisement
2. Jalan Kaki
2. Jalan Kaki
Selain dapat meningkatkan daya ingat, jalan kaki dengan kecepatan sedang juga dapat membakar hingga 417 kalori. Ini jelas membuat tubuh tetap ramping dan bugar hingga lanjut usia.
Otak dengan lebih cadangan kognitif dan lebih banyak fleksibilitas dan kontrol eksekutif dianggap mampu mengganti hilangnya neuron yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer.
3. Diet Mediterania
3. Diet Mediterania
orang yang konsumsi buah-buahan dan sayuran segar dalam porsi yang cukup banyak, serta kacang-kacangan, ikan dan minyak zaitun, lebih rendah risikonya terkena demensia.
Penelitian dari University of Medical School di Exeter, mengatakan, penelitian ini muncul setelah sebulan lalu mengungkapkan bahwa diet ini pun dapat membantu orang tua menangkal risiko stroke.
"Diet Mediterania merupakan makanan lezat dan bergizi, dan tinjauan sistematis kami menunjukkan hal itu dapat membantu melindungi otak penuaan dengan mengurangi risiko demensia," kata pemimpin penelitian, Illiana Lourida.
Hubungan antara rutin melakukan diet Mediterania dan risiko demensia, tambah Illiana, bukanlah yang baru. Dalam studi pertamanya, secara sistematis ia dan kelompoknya telah menganalisa semua bukti yang ada.
"Review kami juga menyoroti inkonsistensi dalam literatur, dan perlunya penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian tersebut, diperlukan untuk memperjelas hubungan dengan gangguan kognitif ringan dan demensia vaskulas," tambah dia.
Advertisement
4. Minum Kopi
4. Minum Kopi
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan, kopi bisa menurunkan risiko kepikunan. Studi yang dipublikasikan lewat Journal of Neuroinflammation ini dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah akan penyakit alzheimer.
Penghalang vital antara otak dan suplai darah utama pada kelinci dengan diet kaya lemak terlindungi, terutama pada kelinci yang diberi suplemen kafein. Dalam percobaan, para peneliti dari University of North Dakota, AS, hanya memberi secangkir kopi pada kelinci setiap hari. Ini merupakan bukti terbaik dari manfaat kopi.
Penghalang darah otak merupakan filter yang melindungi sistem saraf pusat dari bahan kimia, yang berpotensi membahayakan, beredar di aliran darah. Penelitian lain menunjukkan, kadar tinggi dari kolesterol darah bisa membuat penghalang ini “bocor”. Hal ini membuat otak rentan terhadap kerusakan.
Setelah 12 minggu diberi diet tinggi kolesterol, penyekat darah otak pada kelinci yang diberi kafein jauh lebih utuh ketimbang yang tanpa kafein. "Kafein muncul untuk menghambat beberapa efek perusak dari kolesterol yang membuat penyekat darah otak bocor," ujar Dr. Jonathan Geiger, pemimpin penelitian ini, seperti dikutip BBC. Sebagai catatan, kolesterol tinggi merupakan faktor risiko penyakit alzheimer.
Kafein merupakan obat yang memiliki kemampuan untuk menstabilkan penyekat darah otak. Hal ini bisa menjadi bagian penting dalam terapi untuk meredakan gangguan neurologis.
Namun, para peneliti menyatakan perlunya riset lebih lanjut tentang efek kafein pada manusia. (Igw)