Liputan6.com, Sleman - Penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara Dolly di Surabaya, Jawa Timur membuat komunitas pekerja seks komersial (PSK) di kawasan Pasar Kembang (Sarkem) khawatir. Rasa kekhawatiran muncul akan ada tambahan penghuni di kawasan itu dari Dolly.
"Kalo saya sebagai komunitas dan domisili, saya merasa khawatir karena temen-temen lebih banyak lagi ke sini dan memenuhi Sosro (Sosrowijayan). Takutnya seperti itu," ucap Ketua komunitas PSK Yogyakarta Sarmi kepada Liputan6.com, Sabtu (21/06/2014).
Advertisement
Menurut Sarmi, pihak warga juga sudah mengimbau pemilik losmen terkait penutupan Dolly dan hijrah para penghuninya. Warga di kawasan Sarkem khususnya di Sosrowijayan pun menyatakan menolak kedatangan penghuni baru dari Dolly.
"Kemarin warga sudah mengimbau kepada pemilik losmennya. Ketika Dolly datang ke sini, komunitas dan orangnya sudah penuh. Mereka melakukan penolakan dari Dolly. Sudah padat," ujar Sarmi.
Hingga Jumat 20 Juni malam, sambung Sarmi, pihaknya belum menemukan maupun mendengar kabar ada warga Dolly ke Sarkem. Ia pun sudah menanyakan langsung ke losmen-losmen di Sarkem terkait penghuni baru, khususnya yang berasal dari Dolly.
"Sepertinya belum ada pendatang dari Dolly ke Sarkem ya. Karena tadi malam saya muter-muter ke losmennya, dan menanyakan adanya PSK baru dan warga baru, ternyata tidak ada," ujar Sarmi.
Sarmi menguraikan, pertemuan membahas penutupan Dolly bagi warga Sarkem sudah dilakukan oleh RW setempat. Pertemuan ini dilakukan sejak 19 Juni lalu.
"Kalo pertemuan sudah disosialisasikan oleh pak RW kepada pemilik losmennya sejak 19 Juni, berkaitan dengan penutupan Dolly. Ya ini kan berkaitan dengan komunitas dan penghuni losmen ya," tukas Sarmi.
Lokalisasi Dolly dan Jarak ditutup oleh Pemerintah Kota Surabaya pada Rabu 18 Juni lalu, meski ada sebagian masyarakat setempat yang menolaknya. Gubernur Jawa Timur Soekarwo memastikan 23 lokalisasi prostitusi di 22 kabupaten dan kota di Jatim yang masih beroperasi juga akan segera dialihfungsikan. (Sss)