Kisah Pegawai Tigerair Mandala Usai Maskapai Tutup Operasi

Penutupan maskapai penerbangan murah tersebut membuat seluruh pegawainya kehilangan mata pencaharian.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 21 Jun 2014, 19:25 WIB
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pengumuman penghentian operasi penerbangan maskapai Tigerair Mandala untuk kedua kalinya cukup mengejutkan berbagai pihak termasuk para pegawainya sendiri. Maklum saja, penutupan maskapai penerbangan murah tersebut membuat seluruh pegawainya kehilangan mata pencaharian.

Meski demikian, perusahaan telah berjanji akan membayarkan seluruh hak para pegawainya termasuk pesangon sesuai dengan masa kerja masing-masing.

"Soal pesangon, itu akan dibayarkan semua oleh pihak perusahaan akhir Juni ini. Perusahaan akan bertanggungjawab, pesangon, gaji, upah jam terbang," ungkap seorang pegawai Mandala yang enggan disebutkan namanya saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Sabtu (21/6/2014).

Tak hanya itu, perusahaan bahkan akan membayarkan tunjangan hari raya (THR) meski bulan puasa belum dimulai. Namun hal itu tak cukup membendung perasaan sedih mendengar perusahaan penerbangan tempatnya bernaung harus tutup.

Meski harus kehilangan pekerjaannya dia mengaku sangat senang dapat bergabung dan mengabdi pada Tigerair Mandala.

"Bekerja di sini menyenangkan. Kami sudah merasa seperti keluarga dan nyaman di sini. Kemarin malah sampai nangis-nangis, pilot juga sedih, ketika tahu perusahaan akan berhenti beroperasi. Kami cinta sama Mandala," tuturnya.

Wanita yang telah bekerja di Mandala selama lebih dari 10 tahun itu menjelaskan, sebelum mengumumkan penghentian operasi ke muka publik, pihak perusahaan telah lebih dulu memberitahukan langkah tersebut pada seluruh karyawan.

"Sore (sehari sebelum pengumuman resmi) kami dikumpulkan. Lalu pihak manajemen menjelaskan kondisi perusahaan. Kami menerima. Memang kondisinya begitu," ujarnya.

Dia sebelumnya memang sudah curiga akan adanya penutupan tersebut. Beberapa bulan sebelumnya, perusahaan telah menutup sebagian rute dan melakukan pemutusan hubungan kerja pada sejumlah pegawai.

"Mungkin kalau orangnya sedikit, biaya operasionalnya bisa berkurang," katanya.

Pegawai Tigerair Mandala yang tetap setia meski perusahaan tersebut pernah bangkrut tiga tahun lalu itu menjelaskan, masih belum terlalu memikirkan harus beralih kemana setelah perusahaan ditutup. Pasalnya, perusahaan masih menunggu datangnya investor baru untuk menyelamatkan Tigerair Mandala.

"Sekarang masih nunggu, masih melihat peluang di maskapai lain," ujarnya.

Dia mengaku saat bangkrut pada 2011, perusahaan memberikan tawaran untuk menunggu atau mencari pekerjaan lain. Tapi saat ini perusahaan masih belum memberikan tawaran apapun.

"Kalau waktu itu saya pilih menunggu. Perusahaan masih membayarkan gaji pokok setiap bulan selama setahun. Lumayan untuk membantu kebutuhan sehari-hari," kisahnya.

Hingga saat ini, dia masih berharap Tigerair Mandala dapat hidup dan kembali beroperasi. (Sis/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya