Liputan6.com, Seoul - Seorang prajurit Korea Selatan tiba-tiba menembak dan melempar granat, ke rekannya sesama prajurit di satu kesatuan pada Sabtu 21 Juni 2014. Lima orang di antaranya meregang nyawa.
Tujuh orang lainnya terluka akibat terlibat baku tembak itu. Namun luka mereka tak terlalu parah.
Advertisement
Setelah melancarkan serangan membabi buta itu, prajurit yang diidentifikasi sebagai Sersan Im melarikan diri ke dalam hutan berbekal senjata.
Seperti diberitakan BBC, Senin (23/6/2014), Im pun diburu ribuan prajurit atas tindakannya menghilangkan nyawa orang lain. Dalam perburuan besar-besaran itu, seorang prajurit tertembak.
"Insiden itu memicu pemburuan besar-besaran, ribuan tentara dikerahkan untuk memblokade rute yang mungkin dilalui IM untuk melarikan diri. Perbatasan antara Korea Utara dan Selatan dijaga ketat, daerah di mana warga sipil tinggal juga dilindungi," kata para pejabat.
Dalam perburuan sekitar 24 jam itu, Im akhirnya terpojok pada hari Minggu 22 Juni waktu setempat. Di sebuah hutan di Provinsi Gangwon timur. Kalah langkah, Im sempat diminta untuk menyerahkan diri. Saat itu ia pun meminta agar bisa berbicara dengan orang tuanya.
Melalui sambungan telepon, seperti dikutip dari kantor berita Yonhap mengutip seorang perwira militer, Sersan Im menangis saat berbicara dengan ayah dan kakaknya. Ia juga diminta untuk menyerahkan diri.
Im malah nekat bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri setelah tak ada lagi jalan untuk melarikan diri dari kepungan ribuan prajurit. Im dilarikan ke rumah sakit, nyawanya tertolong. Aksi bunuh dirinya pun gagal.
Pejabat militer setempat mengungkapkan, Sersan Im dilaporkan memiliki kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan militer. Dia dijadwalkan selesai wajib militer dalam tiga bulan.
"Insiden itu sangat disesalkan. Kami benar-benar minta maaf karena menyebabkan keprihatinan kepada bangsa, " ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel.
Hingga kini, belum diketahui pasti apa motif di balik serangan itu.
Militer Korea Selatan memang mewajibkan kaum adam mengikuti wajib militer selama dua tahun. Namun tak semua sanggup menjalaninya.
Bullying dan masalah kesehatan mental dalam proses menjalani wajib militer, diyakini menjadi awal terjadinya serangan.
Pada tahun 2011, seorang anggota Marinir menembaki rekan-rekannya dan mencoba untuk meledakkan diri dengan granat. Empat tentara tewas dalam serangan itu.
Kedua bagian Negeri Ginseng itu berpisah pada akhir 1950-53 dalam Perang Korea. Berakhir dengan gencatan senjata, bukannya perjanjian damai. Akibatnya, hingga saat ini mereka tetap dalam suasana tegang seperti berperang. (Ans)